Jakarta -
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mengajak investor untuk mengembangkan potensi pertanian lokal melalui hilirisasi komoditas di daerahnya. Ia menjelaskan sektor pertanian dan perkebunan masih menjadi penopang utama ekonomi Lampung.
Ia menyebut Lampung sejak lama dikenal sebagai provinsi pertanian yang sudah mengekspor lada, kopi, dan kapas sejak abad ke-3 masehi.
Dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) senilai Rp 150 triliun, sekitar 26% berasal dari sektor pertanian dan perkebunan. Namun, ia mengakui nilai tambah dari industri pengolahan masih rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari Rp 150 triliun itu, baru Rp 20 triliun yang diolah di Lampung. Artinya, peluang hilirisasi masih terbuka lebar," jelasnya dalam acara Lampung Economic and Investment Forum (LEIF) 2025 yang digelar di Jakarta, Selasa (4/11).
Rahmat menyoroti sejumlah komoditas unggulan Lampung seperti padi, jagung, kopi, lada, coklat, dan singkong. Ia menyebut singkong menjadi produk terbesar, dengan kontribusi 60-70% dari total produksi nasional.
"Masih banyak ruang untuk investasi di sektor pengolahan singkong, seperti sorbitol, bioetanol, hingga turunan lainnya," kata Rahmat.
Ia juga menyebut Lampung menjadi daerah dengan surplus beras dan jagung yang tinggi di Indonesia. Tak hanya sektor pertanian, Lampung juga kini berfokus pada pengembangan energi hijau berkelanjutan.
"Kami baru memulai konstruksi proyek green hydrogen pertama di dunia yang bersumber dari geothermal di Lampung," imbuhnya.
Rahmat menyebut Lampung memiliki potensi besar dalam pengembangan bioetanol, energi angin, dan pembangkit listrik tenaga surya terapung.
Menurutnya, kondisi geografis Lampung yang dekat dengan Pulau Jawa menjadi nilai tambah untuk investasi energi bersih. Ia juga menegaskan pentingnya kawasan industri sebagai pusat hilirisasi.
"Kami sudah menyiapkan lima kawasan industri, salah satunya Waykanan Industrial Estate yang akan mulai beroperasi tahun depan," ucapnya.
Selain potensi energi dan industri, Lampung juga menyiapkan sektor pariwisata sebagai daya tarik investasi.
"Lampung memiliki pantai, pulau, dan kawasan ekonomi khusus wisata yang sedang kami rancang agar jadi destinasi unggulan baru," tutur Rahmat.
Ia menargetkan 28-30 juta kunjungan wisata domestik pada 2025. Rahmat berharap ke depannya Lampung bisa menjadi destinasi wisata unggulan seperti Bali.
Rahmat menekankan komitmen pemerintah daerah untuk menjaga iklim investasi yang sehat.
"Kami tidak akan biarkan investasi yang ada mati karena persaingan tidak sehat. Dunia usaha harus tumbuh bersama petani dan masyarakat," tegasnya.
Acara ini juga menghadirkan pembicara lain, yaitu Kepala Bank Indonesia Provinsi Lampung Bimo Epyanto, Kementerian Investasi/BKPM Imam Soejoedi, dan Pemilik PT COIR Indonesia Global Cepi Mangkubumi. Selain itu, turut hadir jajaran bupati, wali kota, dan sejumlah investor nasional maupun internasional yang menaruh minat pada potensi Lampung.
(anl/ega)

















































