Erdogan Serang Israel, Turki Terbitkan Surat Penangkapan Netanyahu

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Ankara dan Tel Aviv kembali memanas setelah pemerintah Turki mengumumkan penerbitan surat penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta sejumlah pejabat seniornya atas tuduhan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Dilansir AFP, langkah mengejutkan yang diumumkan pada Jumat (7/11/2025) itu menjadi eskalasi terbaru dari ketegangan diplomatik antara kedua negara yang selama ini sudah renggang akibat perang di Jalur Gaza.

Menurut kantor kejaksaan Istanbul, total ada 37 tersangka yang menjadi target surat penangkapan tersebut. Dalam pernyataannya, kejaksaan tidak mengungkapkan seluruh nama, tetapi di antara mereka tercantum Menteri Pertahanan Israel Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, serta Kepala Staf Angkatan Bersenjata Letnan Jenderal Eyal Zamir.

Pihak kejaksaan menuduh para pejabat Israel itu telah melakukan "genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan" yang disebut dilakukan secara sistematis terhadap warga sipil di Gaza. Dalam pernyataan yang sama, Turki juga menyinggung insiden pengeboman terhadap Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina, fasilitas medis yang dibangun Ankara di Jalur Gaza dan dihantam oleh serangan udara Israel pada Maret lalu.

Langkah hukum ini tidak hanya memperdalam ketegangan diplomatik, tetapi juga memperlihatkan upaya Turki untuk menegaskan posisinya sebagai salah satu pengkritik paling keras terhadap operasi militer Israel di Gaza.

Tahun lalu, Ankara bahkan bergabung dalam gugatan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ) yang menuduh Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

Sementara itu, pemerintah Israel langsung memberikan reaksi keras terhadap pengumuman dari Ankara. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menolak tuduhan tersebut secara tegas dan mengecam langkah Turki sebagai aksi propaganda politik.

"Israel dengan tegas menolak, dengan penuh penghinaan, tuduhan itu," tulis Saar di platform X, seraya menyebut keputusan tersebut sebagai "aksi pencitraan terbaru dari tiran Erdogan".

Ia menuding bahwa lembaga peradilan di Turki tidak lagi independen. "Di Turki-nya Erdogan, lembaga kehakiman telah lama menjadi alat untuk membungkam lawan politik dan menahan jurnalis, hakim, dan wali kota," ujarnya, merujuk pada penangkapan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu pada Maret lalu, yang disebutnya sebagai contoh penyalahgunaan sistem hukum oleh pemerintah.

Kecaman juga datang dari mantan Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman, yang menulis di X bahwa surat penangkapan bagi pejabat Israel tersebut "menjelaskan dengan sangat jelas mengapa Turki tidak seharusnya hadir di Jalur Gaza - baik secara langsung maupun tidak langsung."

Turki belakangan memang berupaya memainkan peran dalam pascaperang Gaza melalui rencana pembentukan pasukan stabilisasi internasional yang diusulkan dalam rencana perdamaian regional Presiden AS Donald Trump. Namun, niat Ankara untuk terlibat dalam inisiatif itu ditolak mentah-mentah oleh Israel, yang menganggap Turki terlalu dekat dengan kelompok Hamas.

Israel juga menuduh Ankara berusaha memanfaatkan diplomasi regional untuk memengaruhi sikap pro-Israel Washington, upaya yang dinilai Tel Aviv sebagai bentuk campur tangan politik. Para pejabat Israel menegaskan bahwa mereka menentang keras keterlibatan Turki dalam pasukan stabilisasi internasional di Gaza dalam bentuk apapun.

Di sisi lain, kelompok Hamas menyambut baik keputusan Turki tersebut. Dalam pernyataannya, kelompok itu menyebut langkah Ankara sebagai "tindakan terpuji yang menegaskan ketulusan rakyat dan pemimpin Turki dalam menjunjung nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan persaudaraan yang mengikat mereka dengan rakyat Palestina yang tertindas."

Langkah Turki ini diumumkan di tengah gencatan senjata rapuh yang telah berlangsung sejak 10 Oktober sebagai bagian dari rencana perdamaian regional yang digagas oleh Presiden.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Negara-Negara Arab dan Muslim Respons Rencana "Israel Raya" Netanyahu

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |