Di Jalur Sutera RI Dekat Malaysia, Uang Mengalir Ratusan Juta per Hari

2 hours ago 2

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia

12 December 2025 12:15

Jakarta, CNBC Indonesia- Entikong si jalur sutera, jalur pintu masuknya perputaran ekonomi di Kalimantan Barat.

Hubungan ekonomi antara Indonesia dan Malaysia terjadi di tempat ini, tempat yang setiap hari merasakan denyutan dari pergerakan manusia dan barang yang terus berdetak.

Kawasan ini merupakan pintu keluar-masuk utama masyarakat Sanggau menuju Sarawak, dan sebaliknya.

Lalu lintas yang intens membuat Entikong menjadi area administratif perbatasan, dan ruang temu ekonomi, sosial, hingga budaya saudara serumpun.

Meski begitu, harmoni ini tumbuh di tengah kondisi wilayah yang masih dikategorikan 3T, dengan keterbatasan akses jalan dan infrastruktur digital.

Sebagai garda terdepan negara, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong memegang peran strategis. Fungsinya selain imigrasi, juga kepabeanan, karantina, keamanan, hingga layanan perdagangan dan logistik.

Dalam rencana pengembangan kawasan perbatasan yang disusun pemerintah, Entikong juga ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan strategis: terminal lintas negara, dry port barang, hingga kawasan industri berbasis sawit dan karet.

Jika menengok data perlintasan manusia, terlihat bagaimana PLBN Entikong memikul volume yang cukup besar. Tahun 2025, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) mencatat 301.689 keberangkatan dan 289.122 kedatangan, total 590.811 pelintas sepanjang tahun tersebut. Angka itu menunjukkan bahwa setiap hari rata-rata lebih dari 1.600 orang melewati Entikong, mencerminkan perbatasan ini sebagai jalur aktivitas ekonomi, sosial, dan mobilitas pekerja lintas batas.

Tidak hanya pelintas orang, pergerakan kendaraan juga tinggi.

Pada 2025, terdapat 57.761 kendaraan yang berangkat dan 54.512 yang datang. Angka ini hampir tiga kali lipat dari 2023, yang hanya mencatat 19.864 keberangkatan dan 4.979 kedatangan kendaraan. Perkembangan ini mengindikasikan bahwa gerakan logistik lintas batas melalui jalur darat mengalami peningkatan signifikan.

Dibalik aktivitas yang padat, PLBN Entikong tentu bergantung pada kualitas akses digital untuk memastikan semua transaksi dan pergerakan terekam secara real time.

Dengan internet yang kian lama lebih stabil, laporan pergerakan WNI dan WNA dapat dikirim langsung ke pusat tanpa jeda. Hal ini penting mengingat PLBN berfungsi sebagai simpul keamanan nasional, terutama dalam situasi repatriasi, deportasi, atau kedatangan mandiri.

Namun, kemajuan tersebut berdiri di atas tantangan lama. Kabupaten Sanggau masih berada dalam kategori wilayah yang memiliki ketimpangan akses digital. Data Dinas Kominfo Kabupaten Sanggau 2022 menunjukkan masih terdapat 176 dusun blankspot dari total 865 dusun.

Yang menarik, Kecamatan Entikong mencatatkan nol desa blankspot, menjadikannya salah satu wilayah dengan akses seluler lebih baik dibanding 14 kecamatan lainnya. Sebagai pembanding, Kapuas memiliki 2 desa blankspot, Jangkang 3, Parindu 1, hingga Meliau 6 desa blankspot.

Sebagai contoh, CNBC Indonesia riset bertemu dengan Kartiko, pelaku UMKM sekaligus agen layanan keuangan digital di Entikong, menggambarkan bagaimana internet yang membaik mendorong usaha tumbuh cepat.

Ia bercerita bahwa dulu menjadi agen BRILink yang awalnya sangat sulit karena banyak syarat dan harus mencapai target ribuan transaksi. Namun setelah internet membaik dan mesin EDC tersedia, mutasi hingga bukti transaksi menjadi lebih rapi dan profesional.

Kartiko, pelaku UMKM & Agen BRILinkFoto: Emanuella Bungasmara
Kartiko, pelaku UMKM & Agen BRILink

Menurut Kartiko, perbaikan sinyal beberapa tahun terakhir mengubah total ritme transaksi.

"Sekarang customer melakukan pembayaran itu hitungan detik sudah masuk," ujarnya. Jika dulu transaksi pending bisa bertahan tiga hari, kini nyaris tidak pernah terjadi. Situasi ini membuat konsumennya meningkat signifikan. Ia kini melayani kisaran 400 pelanggan per hari, dengan transaksi bulanan mencapai 8.000 transaksi.

Mobilitas pelanggan yang sebagian besar melakukan transfer dan penarikan tunai dalam jumlah besar bahkan bisa Rp200-400 juta per hari menunjukkan betapa besar perputaran uang di Entikong. Biasanya dilakukan oleh pemilik usaha yang mengolah sumber daya alam Entikong yang kaya seperti perkebunan sawit, bauxite atau nickel dan sumber daya alam lainnya.

Sawit, Entikong SanggauFoto: Emanuella Bungasmara
Sawit, Entikong Sanggau

Kartiko mempekerjakan 10 karyawan, melayani pelanggan dari Entikong, Jangkang, hingga pengusaha perkebunan sawit. Ia menyebut digitalisasi adalah "nadinya usaha", dan akses sinyal adalah fondasi yang menggerakkan ekonomi perbatasan.

Jika bergerak ke arah utara semakin mendekati perbatasan, Team CNBC Indonesia Research menemui salah seorang pelaku UMKM Sabana, warga Entikong lainnya, yang merasakan manfaat serupa dari kemajuan infrastruktur digital.

Ia mengaku mengandalkan internet bukan hanya untuk komunikasi sehari-hari, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Dengan kondisi geografis yang membuat akses ke Pontianak memakan waktu dan biaya besar, Sabana lebih memilih belanja online. Menurutnya, membeli kebutuhan anak dari Jawa justru lebih murah dan lebih praktis ketimbang harus bepergian ke kota. Akses internet yang stabil membuat transaksi e-commerce kini menjadi bagian dari keseharian keluarga di perbatasan.

Menurut Sabana, sinyal di wilayahnya "aman" untuk aktivitas dasar seperti WhatsApp, pencarian informasi, atau layanan perbankan. Namun ia mengakui koneksinya masih terbatas untuk aktivitas data berat seperti gim atau video berkualitas tinggi. Meski demikian, kapasitas ini sudah cukup untuk menunjang kebutuhan utama, termasuk pembayaran digital dan komunikasi keluarga lintas negara yang merupakan aktivitas vital bagi masyarakat perbatasan.

Bergeser lagi ke arah Mangkau, Bu Titin, pemilik Warung Budhe warung kecil yang menjadi salah satu tempat bersinggah di kawasan itu yang diketahui hanya memiliki 4 warung makan.

Pemilik warung ini telah menggunakan ponsel dan akses internet sejak awal beroperasi. Selain untuk keperluan pribadi, pemiliknya memanfaatkan internet untuk layanan mobile banking.

Namun Bu Titin juga ungkapkan, jika cuaca dalam kondisi hujan, akses internet juga terbatas dikarenakan ketergantungan dengan solar panel.

Di warung ini juga tersedia voucher internet berbasis WiFi yang disediakan oleh perangkat penyedia layanan lokal.

Warga membeli voucher untuk mendapatkan akses internet yang lebih stabil di warung ini , yang bisa diakses selama 2-4 jam per vouchernya dengan harga Rp. 10.000,- - Rp. 20.000,- menjadikan warung ini titik penting bagi konektivitas mikro di Entikong.

Tower BTS Berlokasi di Mangkau, Berdekatan dengan Warung BudheFoto: Angga Yosua
Tower BTS Berlokasi di Mangkau, Berdekatan dengan Warung Budhe

Lokasi Warung Budhe yang berdekatan dengan menara BTS melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) di Mangkau juga membuatnya menjadi tempat peristirahatan bagi para prajurit penjaga perbatasan.

Sebanyak 11 anggota TNI AD dari Pos Mangkau kerap mampir untuk membeli makanan atau sekadar melepas lelah sebelum kembali berjaga.

Keberadaan warung ini menjadi simpul sosial kecil bagi para pemberani yang mengawal teritori Indonesia di garis depan.

Komandan Pos Mangkau yang CNBC Indonesia Riset temui di warung Budhe, Serma Islak dari satuan Rajawali menuturkan bahwa tugas mereka selain menjaga batas negara, juga mendukung ketahanan pangan di daerah terisolasi.

Para anggota menanam sayuran dan tanaman pangan untuk konsumsi sehari-hari, sebuah praktik yang menjadi tradisi di banyak pos pengamanan perbatasan

Komandan Pos Mangkau beserta Prajurit Penjaga Perbatasan Lain di Warung BudheFoto: Emanuella Bungasmara
Komandan Pos Mangkau beserta Prajurit Penjaga Perbatasan Lain di Warung Budhe

Dalam percakapan tersebut, Serma Islak, komandan pos sempat menceritakan peran penting internet terhadap pendidikan anak-anak di sekitar pos.

Banyak warga yang memanfaatkan sinyal internet dan akses untuk mengakses materi belajar, mengikuti informasi materi pendidikan di luar sekolah.

Pos Mangkau sendiri menggunakan akses internet yang salah satunya difasilitasi Bakti.

Entikong berada masuk dalam wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) yang menjadi fokus program pemerataan internet Kementerian Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi) BAKTI.

BAKTI sudah membangun 3 BTS di Entikong dan totalnya mencapai 26 BTS di Kab. Sanggau. Sebagai dukungan akses internet bagi masyarakat.

Kegiatan Mendukung Ketahanan Pangan Oleh Prajurit Pos Mangkau Foto: Emanuella Bungasmara
Kegiatan Mendukung Ketahanan Pangan Oleh Prajurit Pos Mangkau

Pos MangkauFoto: Emanuella Bungasmara
Pos Mangkau

Di tengah keterbatasan geografis dan status 3T, cerita Sabana, Warung Budhe, serta prajurit Pos Mangkau menunjukkan transformasi penting, internet semakin menjadi nadi yang menghubungkan pendidikan, ekonomi rumah tangga, keamanan negara hingga mobilitas warga.

Namun di balik berbagai kemajuan itu, realitas perbatasan tetap menunjukkan wajah gandanya. Sinyal internet yang kini mulai stabil tidak serta-merta menghapus ketimpangan di kecamatan-kecamatan sekitar Entikong yang masih dihantui blankspot.

Akses jalan yang belum merata membuat ongkos logistik tetap tinggi, sementara ekonomi lokal masih sangat bergantung pada mobilitas pelintas dan aktivitas musiman.

Digitalisasi yang dirasakan Sabana, Warung Budhe, atau prajurit penjaga Mangkau pada dasarnya bertumpu pada akses internet yang dalam kondisi cuaca ekstrem kerap kembali menunjukkan sisi rentannya.

Di sisi lain, perputaran transaksi yang besar seperti yang dikelola Kartiko menunjukkan potensi ekonomi yang nyata.

Pada saat yang sama, pengalaman Kartiko, Sabana, Warung Budhe, dan Pos Mangkau memperlihatkan bahwa masyarakat perbatasan beradaptasi cepat terhadap peluang yang ditawarkan internet, meski dengan keterbatasan yang ada.

Mereka memanfaatkan konektivitas untuk transaksi keuangan, pendidikan, hingga komunikasi lintas negara, fungsi-fungsi dasar yang sebelumnya sulit diakses secara konsisten.

Dengan demikian, Entikong saat ini berada pada fase transisi: sebagian aspek sudah terkoneksi dengan baik, sebagian lainnya masih membutuhkan penguatan.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |