Deal! Rusia dan Ukraina Akhirnya Sepakat Gencatan Senjata, tapi...

1 week ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dan Ukraina telah mencapai kesepakatan untuk "menghilangkan penggunaan kekuatan" di Laut Hitam setelah melakukan pembicaraan paralel dengan negosiator Amerika Serikat di Arab Saudi. Namun, Kremlin menegaskan bahwa gencatan senjata maritim hanya akan berlaku jika ada pencabutan sanksi terhadap ekspor pertanian Rusia.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya sedang meninjau syarat yang diajukan oleh Rusia, setelah Kremlin bersikeras bahwa mereka telah menegosiasikan konsesi dengan Gedung Putih. Jika disetujui, ini akan menjadi pertama kalinya sanksi terhadap Rusia dicabut sejak invasi skala penuh pada 2022.

Selain kesepakatan maritim, kedua belah pihak juga setuju untuk memperpanjang penghentian serangan terhadap jaringan energi selama 30 hari ke depan dan memperluas cakupannya. Meski demikian, persoalan mendasar seperti pembagian wilayah masih jauh dari penyelesaian.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyambut baik perkembangan ini tetapi mengungkapkan ketidaksenangannya atas kemungkinan pelemahan sanksi terhadap Rusia. Ia juga khawatir mengenai perundingan yang tampaknya dilakukan AS dengan Kremlin terkait pembagian wilayah Ukraina.

"Kami khawatir ketika mereka berbicara tentang kami tanpa melibatkan kami," ujar Zelensky dalam konferensi pers, merespons pernyataan Donald Trump sebelumnya yang menyebutkan, "Kami sedang berbicara tentang wilayah saat ini."

Zelensky juga menegaskan bahwa delegasi Ukraina di Riyadh tidak pernah membahas pembagian wilayah mereka sendiri dan menduga AS telah berbicara dengan pihak Rusia mengenai hal tersebut.

Laporan yang beredar menyebutkan bahwa Rusia meminta AS untuk mengakui kendali penuh atas tiga wilayah Ukraina yang sebagian didudukinya, yaitu Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson. Permintaan ini secara konsisten ditolak oleh Kyiv, yang hanya mengakui situasi de facto tanpa pengakuan resmi.

Perbedaan Pernyataan AS dan Rusia

Gedung Putih menerbitkan dua pernyataan resmi, yang sebagian besar berisi lima poin utama yang hampir identik. Kedua belah pihak menyepakati untuk "menjamin navigasi yang aman dan menghilangkan penggunaan kekuatan" di Laut Hitam, meski kata "gencatan senjata" secara eksplisit tidak disebutkan.

Namun, dalam pernyataan Rusia, ada tambahan poin yang menyatakan bahwa AS akan "membantu memulihkan akses Rusia ke pasar dunia untuk ekspor pertanian dan pupuk" dengan cara menurunkan biaya asuransi serta meningkatkan akses ke sistem pembayaran dan pelabuhan.

Trump sendiri tidak secara langsung mengonfirmasi apakah AS akan memberikan keringanan sanksi, tetapi ia mengatakan bahwa syarat-syarat dari Kremlin sedang dipertimbangkan.

"Mereka akan meninjaunya, dan kami sedang mempertimbangkan semuanya saat ini," kata Trump, dilansir The Guardian, Rabu (26/3/2025).

"Ada sekitar lima atau enam syarat, dan kami sedang mengkajinya."

Zelensky menilai langkah ini sebagai "pelemahan posisi sanksi" terhadap Rusia, karena bisa memperkuat ekonomi Rusia sementara perang darat dan udara masih berlangsung.

Adapun Rusia menegaskan bahwa gencatan senjata maritim hanya akan berlaku setelah sanksi terhadap Russian Agricultural Bank dan lembaga keuangan lainnya yang terlibat dalam perdagangan pangan internasional dicabut serta setelah mereka kembali terhubung dengan sistem pembayaran internasional Swift.

"Amerika Serikat akan membantu memulihkan ekspor pertanian dan pupuk Rusia ke pasar global, mengurangi biaya asuransi maritim, serta memperluas akses ke pelabuhan dan sistem pembayaran untuk transaksi tersebut," ujar Kremlin dalam pernyataannya.

Selain itu, Rusia juga meminta agar pembatasan layanan pelabuhan dan sanksi terhadap kapal berbendera Rusia yang terlibat dalam perdagangan produk pangan, termasuk makanan laut dan pupuk, dicabut.

Kritik terhadap Negosiator AS

Di sisi lain, Zelensky mengecam pernyataan Steve Witkoff, utusan pribadi Trump untuk Putin, yang sebelumnya mengatakan bahwa referendum yang diadakan Rusia di wilayah Ukraina yang didudukinya adalah sah dan menunjukkan bahwa "sebagian besar warga ingin berada di bawah kendali Rusia."

"Pernyataan Witkoff sangat sejalan dengan narasi Kremlin," kata Zelensky.

Meski demikian, ia berharap bahwa seiring berjalannya waktu, negosiator AS dan pejabat Gedung Putih lainnya akan menyadari bahwa kepemimpinan Rusia tidak dapat dipercaya.

Meski ada kesepakatan, belum ada perjanjian mengenai gencatan senjata tanpa syarat karena "Rusia tidak menginginkannya," tegas Zelensky. Ia juga percaya bahwa semakin lama negosiasi berlangsung, semakin banyak pihak yang meragukan niat baik Rusia.

Sementara itu, Ukraina mengharapkan Rusia untuk menghentikan serangan terhadap fasilitas pelabuhan di Odesa dan wilayah lainnya sebagai bagian dari perjanjian maritim ini. Namun, pernyataan terpisah dari Kementerian Pertahanan Ukraina menegaskan bahwa Ukraina akan menganggap "pergerakan kapal militer Rusia di luar Laut Hitam bagian timur" sebagai pelanggaran perjanjian.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ukraina Siap Berlakukan Gencatan Senjata Dengan Rusia

Next Article Rusia Menggila, Putin Tembak 120 Rudal & 90 Drone ke Ukraina

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |