Jakarta, CNBC Indonesia - Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan atau UNCTAD mengungkapkan sejumlah sektor bisnis yang berpotensi masih menjadi daya tarik penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) saat lemahnya aliran masuk modal asing di level global pada 2025.
Di tingkat sektoral, UNCTAD mencatat investasi di bidang teknologi digital akan terus berperan sebagai mesin pertumbuhan FDI. Sektor-sektor seperti kecerdasan buatan (AI), komputasi awan, dan keamanan siber telah menarik investasi yang besar.
"Di antara 10 proyek greenfield bernilai tertinggi yang diumumkan pada 2024, empat di antaranya berada di bidang manufaktur semikonduktor. Pengembangan pusat data juga berkembang pesat, didorong oleh meningkatnya permintaan digital dan kebijakan industri yang strategis," dikutip dari World Investment Report 2025 UNCTAD, Jumat (20/6/2025).
Sektor industri digital memang masih menjadi daya tarik utama penyerap FDI pada 2024. UNCTAD mencatat, nilainya mencapai US$ 77 miliar atau naik dari posisi 2023 yang hanya sebesar US$ 37 miliar. Didorong oleh investasi padat modal dalam infrastruktur digital dan pusat data, yang sejalan dengan tren dalam industri telekomunikasi yang mengalami peningkatan permintaan berkelanjutan untuk pemrosesan data, komputasi awan, dan infrastruktur AI.
"Investasi difokuskan pada pusat data, platform teknologi finansial, logistik e-commerce, dan layanan perangkat lunak khusus. Perusahaan teknologi besar memperluas operasi di pasar maju dan pasar berkembang, dengan menargetkan konsumsi digital yang terus meningkat dan permintaan perusahaan akan otomatisasi," tulis UNCTAD.
Prospek yang masih cerah menjadi tujuan FDI lainnya ialah untuk sektor industri manufaktur yang padat dengan rantai nilai global. Pada 2024, nilai FDI nya mencapai US$ 311 miliar, masih naik tipis dibanding pada tahun sebelumnya sebesar US$ 309 miliar.
"Di sektor-sektor seperti elektronik, otomotif, permesinan, dan tekstil meningkat sedikit, dengan pergeseran pola geografis yang mencerminkan penataan ulang jaringan produksi global yang strategis. Perusahaan multinasional terus melakukan diversifikasi rantai pasokan, dengan meningkatnya investasi di Asia Tenggara, Eropa Timur, dan Amerika Tengah," tulis UNCTAD.
Insentif pemerintah yang terkait dengan kebijakan industri telah memainkan peran penting dalam mendukung tren ini. Industri permesinan dan tekstil mengalami peningkatan investasi yang moderat. Kedua sektor tersebut diuntungkan oleh permintaan yang terkait dengan upaya reindustrialisasi dan inisiatif integrasi produksi regional, meskipun kenaikan biaya dan ketegangan perdagangan membentuk sentimen investor yang berhati-hati.
Proyek-proyek terkait semikonduktor, yang sudah menjadi bagian penting dari investasi global dalam industri elektronik pada 2022 dan 2023 sebagai respons terhadap kekurangan chip tumbuh lebih cepat pada 2024. Industri otomotif pun terus menarik proyek greenfield skala besar, terutama didorong oleh transisi ke EV, meskipun jumlah dan nilai proyek secara keseluruhan sedikit menurun.
Sementara itu, di sektor infrastruktur yang justru melempem. Pada 2024, FDI yang masuk ke sektor ini senilai US$ 440 miliar, atau turun dari catatan pada 2023 sebesar US$ 465 miliar. Demikian juga pada sektor ekstraktif atau pertambangan dan mineral kritis yang hanya senilai US$ 39 miliar dari sebelumnya US$ 76 miliar.
"Harga energi yang lebih rendah dan peningkatan volatilitas harga untuk mineral penting turut menyebabkan kehati-hatian investor. Namun, permintaan untuk mineral terkait transisi seperti litium, kobalt, dan unsur tanah jarang terus mendukung tingkat investasi," tulis UNCTAD dalam laporannya.
Daftar proyek ini menjadi penting karena ketidakpastian ekonomi yang disebabkan perang tarif dagang hingga konflik di berbagai belahan dunia berpotensi membuat aliran modal asing seret mengalir ke berbagai negara pada tahun ini.
Berdasarkan proyeksi Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan atau UNCTAD, penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) pada 2025 berpotensi negatif. Sebab, pertumbuhan ekonomi dunia, PMTB, hingga volume perdagangan global akan drop.
Aliran FDI pada 2024 pun telah merosot secara faktual, meskipun meningkat karena volatilitas aliran konduit di Eropa dari US$ 1,45 triliun menjadi US$ 1,51 triliun atau naik 4%. Bila faktor itu dikecualikan, aliran FDI global sebenarnya menurun sebesar 11%, dari US$ 1,67 triliun menjadi US$ 1,49 triliun.
"Prospek FDI global pada tahun 2025 negatif. Meskipun pada awal tahun ekspektasinya adalah pertumbuhan yang moderat, hal ini telah dikalahkan oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan kebijakan," dikutip dari World Investment Report 2025 UNCTAD.
(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sektor Ini Banyak Dilirik Asing, Investasi Bisa Ngalir