China Negara Nomor 1 Dunia, Makin Kaya Gara-gara Baterai

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri baterai China tumbuh kian pesat, seiring melonjaknya permintaan internasional. Perusahaan-perusahaan China diprediksi akan mencatat pertumbuhan pengapalan sel baterai lithium-ion untuk penyimpanan energi sebesar 75% sepanjang 2025.

China telah mengekspor lebih dari US$65 miliar (Rp1.090 triliun) untuk baterai penyimpanan dan baterai kendaraan listrik (EV) pada 2025. Hal ini memperkuat dominasi China di sektor yang vital untuk mendukung energi angin dan surya, serta menjaga aliran listrik melalui data center kecerdasan buatan (AI).

Pertumbuhan penjualan didorong oleh industri data center domestik, serta reformasi dan subsidi China yang mendorong permintaan penyimpanan energi secara keseluruhan.

Permintaan global yang melonjak, dipadankan dengan pertumbuhan data center, membuat bisnis energi terbarukan China kian perkasa di Eropa dan Timur Tengah, menurut analis.

Ekspor baterai China paling tinggi dari 2018-2025 disalurkan ke Eropa, Asia, Amerika Utara, Oseania, Amerika Latin dan Karibia, serta Timur Tengah, dikutip dari Reuters, Senin (22/12/2025), berdasarkan laporan Ember.

"Para produsen sel penyimpanan energi terkemuka ini kebanjiran pesanan. Banyak dari mereka bekerja lembur untuk mencoba memenuhi permintaan," kata analis Cosimo Ries dari perusahaan riset kebijakan Trivium China.

"Ledakan ini menurut saya, merupakan salah satu kejutan terbesar tahun ini di sektor energi China," ia menambahkan.

Pada bulan lalu, UBS memprediksi instalasi penyimpanan energi baterai global naik 25% pada 2026 mendatang. Badan Energi Internasional memperkirakan investasi global dalam fasilitas penyimpanan baterai akan meningkat 16% tahun ini menjadi US$66 miliar.

Sebagian besar dari itu diperkirakan akan dikuasai oleh perusahaan-perusahaan China, karena meskipun Tesla adalah nomor satu dalam sistem penyimpanan energi, China mendominasi produksi sel-sel kecil di dalamnya.

Enam besar penyuplai sel global mayoritas berasal dari China, menurut pemeringkatan Januari-September 2025 dan konsultan Infolink. Di antaranya ada CATL, HiTHIUM, BYD, CALB, dan REPT BATTERO. Dalam jejeran '10 besar', hanya AESC dari Jepang yang bukan perusahaan China.

Volume penjualan penyimpanan energi EVE meningkat 35,51% dalam tiga kuartal pertama dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pengiriman semua baterai REPT BATTERO pada kuartal ketiga mencetak rekor tertinggi.

Pemain EV terkemuka CATL dan BYD tidak memisahkan pengiriman penyimpanan energi hingga kuartal ketiga. Secara historis, baterai penyimpanan menyumbang pendapatan yang lebih kecil daripada baterai otomotif dan EV, meskipun proporsinya terus meningkat.

Sistem penyimpanan energi diprediksi akan menjadi satu-satunya solusi dalam memenuhi kebutuhan energi bagi data center AI di AS. 

"Menggabungkan tenaga surya dengan penyimpanan secara efektif telah menjadi satu-satunya solusi untuk memenuhi kebutuhan daya data center AI AS," kata analis UBS Yishu Yan dalam sebuah konferensi pers.

"Permintaan energi data center AI AS sangat kuat, tetapi energi adalah hambatan terbesar, dan energi dasar AS seperti gas, nuklir, termal, tidak akan banyak tumbuh dalam lima tahun ke depan," ia menambahkan.

Namun, Yan memperingatkan bahwa produsen China menghadapi risiko dari pembatasan AS pada proyek-proyek yang menerima kredit pajak investasi yang melibatkan entitas asing, termasuk China.

Mesin Uang China

Ekspor baterai China, termasuk untuk kendaraan listrik (EV) dan penyimpanan energi, mencapai rekor US$66,761 miliar dalam 10 bulan pertama tahun ini, menurut data dari lembaga think tank energi Ember.

Baterai telah menjadi ekspor teknologi bersih China yang paling menguntungkan sejak 2022, melampaui fotovoltaik surya.

Hal itu kemungkinan akan tumbuh lagi tahun depan, karena perusahaan konsultan Infolink memperkirakan pengiriman sel penyimpanan energi global dapat meningkat menjadi 800 gigawatt-jam, peningkatan 33% hingga 43% dari perkiraan tahun ini.

Ekspor penyimpanan energi dan baterai non-otomotif lainnya dari China meningkat 51,4% dalam 11 bulan pertama dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih cepat daripada pertumbuhan 40,6% dalam ekspor baterai EV, menurut Aliansi Strategis Inovasi Teknologi Industri Kendaraan Listrik China.

China sudah memiliki armada penyimpanan energi baterai terbesar di dunia, yakni sekitar 40% dari total global, yang sebagian didorong oleh mandat pemerintah daerah bagi pengembang untuk menambahkan penyimpanan pada proyek tenaga angin dan surya.

Penyimpanan baterai China tahun ini melampaui kapasitas pembangkit listrik tenaga air konvensional, teknologi yang secara geografis lebih terbatas yang menggunakan air yang disimpan di belakang bendungan untuk menghasilkan listrik saat dibutuhkan.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |