Jakarta -
Kanit Reskrim Polsek Tampaksiring, Ipda Kadek Sumerta, mengungkapkan alasan dia mengajar hingga membina warga penyandang disabilitas di Yayasan Bhakti Senang Hati. Dia ingin menumbuhkan kemandirian warga.
"Kenapa saya termotivasi untuk mengajar baca tulis? Karena keinginan saya untuk menumbuhkan kemandirian terhadap diri mereka semua, dari mereka mengenal huruf dan angka," kata Sumerta dalam program Hoegeng Corner di detikPagi, Kamis (18/9/2025).
Sumerta menjelaskan, anak-anak di yayasan itu juga mempunyai kebutuhan masing-masing. Jika mereka bisa membaca dan menulis, mereka bisa berkomunikasi dengan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka keluar, mencari sesuatu, jika mengenal huruf dan angka bisalah berkomunikasi dengan masyarakat karena kebanyakan dari mereka sebelumnya dirawat oleh keluarganya dan hampir tidak pernah keluar rumah. Jadi di yayasan ini kami tumbuhkan kemandirian," ujar Sumerta.
Yayasan yang menaungi penyandang disabilitas tersebut didirikan oleh Putu Suryati pada sekitar 2015. Untuk biaya operasional sehari-hari, yayasan tidak memiliki donatur tetap.
"Mereka cari sendiri dengan menjual lukisan karena ada beberapa warga yang bisa melukis, menjual kerajinan, terus bantuan-bantuan dari relawan, bantuan dari masyarakat, bantuan dari instansi," imbuh Sumerta dalam wawancara pada Senin, 1 September 2025.
Yayasan tersebut membina sekitar 90 penyandang disabilitas yang tidak tinggal di asrama. Secara total ada sekitar 110 orang, dengan rincian 90 orang tinggal di luar dan 20 orang menetap di dalam yayasan.
"Yang di asrama hanya mereka masih lajang, yang sudah berkeluarga tidak," ujar Sumerta.
Bagi penyandang disabilitas yang tinggal di luar asrama, Sumerta membina mereka agar dapat mengembangkan peluang kerja melalui komunitas penyedia layanan wisata dengan motor roda tiga. Untuk itu, dia bekerja sama dengan agen-agen perjalanan di sekitar yayasan.
"Setelah saya cek mereka legalitas tidak punya, khususnya SIM. Mereka tidak paham apa yang harus mereka perhatikan, khususnya keselamatan di jalan, sepeda motornya seperti apa. Di sana saya bina mereka menyiapkan motor yang layak dan safety, terus untuk SIM saya mencoba mencari informasi syarat kepemilikan SIM untuk mereka yang difabel itu seperti apa, setelah saya tahu saya bina akhirnya dari 98 anggota difabel yang ada di bawah naungan yayasan, 40 sekian sekarang sudah memiliki SIM, memiliki legalitas," ujar Sumerta.
(knv/aud)