Beredar Kabar Vaksin Menyebabkan Autisme, Ini Penjelasan Terbaru WHO

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menegaskan vaksin tidak menyebabkan autisme. Ini disampaikan WHO setelah merilis analisis terbaru yang dilakukan oleh Global Advisory Committee on Vaccine Safety.

Analisis tersebut menegaskan tidak ditemukan hubungan sebab-akibat antara vaksin dan autisme. Ini berarti bertentangan dengan narasi anti-vaksin yang kembali menguat.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, komite tersebut meninjau 31 studi di berbagai negara selama 15 tahun, termasuk penelitian terkait vaksin yang mengandung thiomersal, zat pengawet untuk mencegah kontaminasi bakteri dan jamur, serta aluminium adjuvan.

"Hari ini WHO menerbitkan analisis baru yang menemukan, berdasarkan bukti yang tersedia, tidak ada hubungan kausal antara vaksin dan autisme," ujar Tedros dalam konferensi pers di Jenewa, dikutip dari AFP, Jumat (12/12/2025).

Ia menegaskan, komite menyimpulkan, tidak ada kaitan antara autisme dan vaksin, termasuk vaksin yang mengandung aluminium maupun thiomersal.

Menurut Tedros, ini bukan kali pertama WHO melakukan peninjauan serupa. Analisis terbaru ini merupakan ulasan keempat, setelah kajian pada 2002, 2004, dan 2012, yang seluruhnya mencapai kesimpulan sama bahwa vaksin tidak menyebabkan autisme.

"Seperti semua produk medis, vaksin memang dapat menimbulkan efek samping dan hal itu terus dipantau WHO. Namun autisme bukanlah efek samping vaksin," tegasnya.

WHO juga menyoroti klaim hubungan vaksin dan autisme berakar dari studi tahun 1998 yang mengaitkan vaksin campak, gondongan, dan rubella (MMR) dengan autisme. Studi tersebut kemudian ditarik karena terbukti menggunakan data palsu dan tidak pernah bisa direplikasi oleh penelitian selanjutnya.

"Studi itu terbukti curang dan ditarik, tetapi dampaknya sudah terlanjur meluas dan gagasan tersebut terus hidup," kata Tedros.

Pernyataan WHO ini muncul di tengah polemik di Amerika Serikat, setelah Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merevisi bahasa di situs resminya dengan narasi yang dinilai melemahkan posisi ilmiah sebelumnya terkait keamanan vaksin.

Langkah tersebut menuai kritik dari ilmuwan dan tokoh kesehatan masyarakat, termasuk dari internal CDC sendiri, yang selama bertahun-tahun berupaya melawan misinformasi soal vaksin.

Isu ini juga kembali mencuat seiring pernyataan Robert F. Kennedy Jr, pejabat kesehatan AS yang dikenal lama menyuarakan retorika anti-vaksin dan klaim tidak akurat mengenai vaksin dan autisme.

Tedros menekankan, manfaat vaksin bagi kesehatan global tidak terbantahkan. Dalam 25 tahun terakhir, angka kematian anak di bawah usia lima tahun turun lebih dari setengah, dari sekitar 11 juta kematian per tahun menjadi 4,8 juta. Vaksin disebut sebagai salah satu faktor utama penurunan tersebut.

"Vaksin adalah salah satu penemuan paling kuat dan transformatif dalam sejarah umat manusia," ujarnya.

Ia menambahkan, vaksin telah menyelamatkan jutaan nyawa dari sekitar 30 jenis penyakit, termasuk campak, kanker serviks, malaria, dan penyakit menular lainnya.

(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |