Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) masih mengalami penutupan sebagian atau shutdown terpanjang dalam sejarah negara itu, yang kini berdampak pada jutaan warga, termasuk para pendukung Presiden Donald Trump. Dari gaji pegawai federal hingga tunjangan publik, banyak warga kehilangan akses terhadap kebutuhan dasar mereka akibat kebijakan ini.
Namun, wawancara Reuters dengan lima pemilih Trump - bagian dari kelompok 20 orang yang diwawancarai setiap bulan sejak Februari - menunjukkan bahwa gangguan ini tidak mengubah pandangan mereka terhadap kinerja sang presiden. Baik Partai Demokrat maupun Republik kini sama-sama khawatir akan dampak politik yang ditimbulkan oleh shutdown berkepanjangan tersebut.
Hasil jajak pendapat Reuters-Ipsos menunjukkan dua perlima warga Amerika menyalahkan Partai Demokrat atas kebuntuan ini, karena menolak membuka kembali pemerintahan tanpa perpanjangan subsidi asuransi kesehatan melalui Affordable Care Act. Sebagian kecil responden menilai kedua partai sama-sama bersalah atau mengkritik Trump karena berupaya menggunakan shutdown untuk melakukan pemutusan kerja massal pegawai federal, meskipun langkah itu sementara diblokir oleh pengadilan.
Salah satu pendukung Trump, Joyce Kenney (74), pensiunan asal Arizona, ikut terdampak karena penyewa rumahnya yang bekerja di lembaga sosial federal kini dirumahkan. Pendapatannya menurun karena penyewa tersebut hanya menerima tunjangan pengangguran dua pertiga dari gaji normalnya, sehingga sulit membayar sewa sebesar US$2.000 per bulan.
Kenney menyebut kondisi ini sebagai "efek domino", di mana ketidakpastian pendapatan menyebar dari satu pihak ke pihak lain. Ia juga kehilangan pembayaran dari Departemen Pertanian AS untuk usaha keluarganya di Montana, dan menuding Partai Demokrat sebagai penyebab utama shutdown karena perdebatan terkait subsidi kesehatan.
Sementara itu, Steve Egan (65), pengusaha kecil di Tampa, Florida, mengaku kehilangan pesanan senilai US$4.000 dari rumah sakit veteran akibat pembatalan acara festival tahunan. Ia juga menghadapi keterlambatan pengiriman barang impor karena gangguan di sektor penerbangan dan bea cukai selama shutdown.
Egan yang pernah menyatakan penyesalan telah memilih Trump kini menyalahkan kedua partai atas kebuntuan ini. Meski begitu, ia berharap Partai Republik mau menyetujui perpanjangan subsidi asuransi kesehatan agar pemerintahan bisa kembali berjalan.
Foto: Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato di Kediaman Duta Besar AS di Tokyo, Jepang, 28 Oktober 2025. (REUTERS/Evelyn Hockstein)
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato di Kediaman Duta Besar AS di Tokyo, Jepang, 28 Oktober 2025. (REUTERS/Evelyn Hockstein)
Dampak shutdown juga dirasakan Robert Billups (34), seorang akuntan di Washington State, yang kesulitan mencari pekerjaan karena banyak posisi kontraktor federal dibekukan. Ibunya, seorang pegawai kontrak di Internal Revenue Service (IRS), juga dirumahkan sejak awal Oktober dan mulai khawatir jika situasi terus berlanjut.
Billups menilai, walau ibunya menyalahkan Partai Republik karena menolak mendukung subsidi kesehatan, ia memahami alasan mereka ingin membatasi pengeluaran negara. Menurutnya, tidak ada pihak yang menang dalam situasi ini karena polarisasi politik justru merugikan kedua kubu.
Kekhawatiran juga muncul dari Amanda Taylor (52), pegawai perusahaan asuransi di Georgia, yang takut suaminya di lembaga federal akan segera dirumahkan. Pendapatan suaminya menjadi tumpuan utama keluarga, termasuk pembayaran hipotek rumah baru mereka.
Taylor mengaku kerap menerima permintaan keringanan dari nasabah yang tak lagi mampu membayar premi asuransi akibat tidak menerima gaji. Ia menyalahkan Partai Demokrat "100%" atas shutdown, menilai mereka seharusnya menyetujui anggaran terlebih dahulu sebelum memperjuangkan perpanjangan subsidi Obamacare.
Dampak penutupan pemerintahan juga terasa di kalangan penerima tunjangan publik seperti Juan Rivera (26), seorang kreator konten di California. Ia menunda operasi gigi setelah dokter memperingatkan kemungkinan penundaan klaim karena kekurangan staf di lembaga asuransi publik.
Rivera menuduh Partai Demokrat bersikap munafik karena menolak rancangan resolusi darurat untuk membuka kembali pemerintahan, padahal mereka pernah menyetujuinya di masa lalu. Ia juga menilai subsidi Affordable Care Act yang ingin diperpanjang tidak efektif, karena biaya asuransi tetap tinggi dan sistemnya perlu diperbaiki secara menyeluruh.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Shutdown AS di Depan Mata, Trump Tiba-Tiba Beri Warning Ngeri Ini


















































