AQUA Dorong Generasi Muda Lebih Cerdas Hadapi Arus Informasi Digital

3 hours ago 1

Jakarta -

Brand air minum dalam kemasan AQUA hadir dalam acara Studium Generale bertajuk Bedah Buku Komunikasi Krisis Digital di Auditorium Vokasi Universitas Indonesia (UI). Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber lintas bidang komunikasi, yakni Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin, penulis dan pakar komunikasi digital Rulli Nasrullah, Tenaga Ahli KPU RI dan penulis Diah Widyawati, serta CEO Makaravox Jojo Suharjo yang menjadi moderator.

Diskusi dimulai dengan bedah buku Komunikasi Krisis Digital oleh para penulis, yang membahas perubahan cepat lanskap media serta pentingnya kecepatan dan ketepatan dalam mengelola informasi publik. Sesi dilanjutkan dengan pemaparan dari Arif Mujahidin, yang membagikan pengalaman praktis dalam mengelola reputasi dan komunikasi korporasi di tengah derasnya arus isu digital.

Acara ini dihadiri ratusan mahasiswa dan dosen, mayoritas Generasi Z yang aktif di media sosial dan rentan terpapar misinformasi. Arif Mujahidin mengajak mereka untuk memvalidasi informasi di era digital. Dalam diskusi, Arif menekankan literasi informasi dan tanggung jawab bersama menghadapi arus informasi yang penuh noise, sehingga informasi sejati sering tertutupi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan bagaimana tim komunikasi Danone Indonesia, termasuk AQUA, menjaga kepercayaan publik melalui edukasi dan transparansi.

"Kami memilih jalur edukasi dan keterbukaan. Kami menjelaskan isu-isu baik secara langsung maupun tidak langsunh kepada pemangku kepentingan dan publik melalui media, kanal digital, dan forum-forum akademik seperti ini. Kami juga mengajak pemangku kepentingan berkunjung ke pabrik untuk melihat sumber air dan upaya konservasi yang dilakukan AQUA," jelas Arif, dalam keterangan tertulis, Kamis (7/11/2025).

Ia juga meluruskan sejumlah kesalahpahaman publik terkait sumber air AQUA. Menurutnya, air yang digunakan AQUA berasal dari sistem hidrogeologi pegunungan, bukan air tanah biasa.

"Sumber air AQUA terbukti berasal dari sistem air pegunungan melalui hasil penelitian hidro isotop, yang menunjukkan kesamaan 'DNA' airnya dengan air hujan yang tersimpan di akuifer pegunungan tempat pabrik kami berada. Jadi pengeboran hanyalah cara untuk mengakses air dari sistem pegunungan, bukan mengambil air tanah secara sembarangan," jelasnya.

Arif menambahkan, untuk menjaga kelestarian sumber air, AQUA menjalankan konservasi terintegrasi sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Upaya ini mencakup penanaman pohon dan sumur resapan di hulu, pertanian regeneratif di tengah DAS, serta program Water Access, Sanitation, and Hygiene (WASH) yang menyediakan akses air bersih dan sanitasi dengan partisipasi masyarakat.

Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya mahasiswa yang mengajukan pertanyaan tentang strategi komunikasi dan pengelolaan krisis digital. Seorang mahasiswa Vokasi UI mengaku mendapat pemahaman baru setelah mendengar penjelasan Arif.

"Penjelasan Pak Arif menjawab kesalahpahaman saya tentang sumber air AQUA. Saya juga jadi tahu bagaimana mereka menjaga kelestarian lingkungan lewat program konservasi. Menarik sekali melihat sisi komunikasi dari dunia industri," ujarnya.

Moderator acara, Jojo Suharjo, menilai diskusi ini menjadi jembatan antara teori akademik dan praktik nyata di lapangan.

"Mahasiswa bisa melihat bagaimana teori krisis komunikasi diterapkan dalam industri. Praktik yang dilakukan AQUA dapat menjadi contoh konkret dalam mengelola reputasi di tengah gempuran informasi digital," katanya.

Sementara itu, Kaprodi Humas Vokasi UI, Mareta Maulidiyanti, menyampaikan apresiasi atas kehadiran para narasumber dan berharap kolaborasi serupa terus berlanjut.

"Kehadiran praktisi seperti Pak Arif memperkaya wawasan mahasiswa. Kami ingin melahirkan generasi komunikator muda yang kritis, adaptif, dan tidak mudah terpengaruh misinformasi," tuturnya.

(ega/ega)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |