9 dari 10 Warga RI Tunda Berobat, Bos Prudential Ungkap Sebabnya

2 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 9 dari 10 masyarakat Indonesia mengaku menunda perawatan atau mencari layanan kesehatan, dan hampir setengahnya (44%) mengaku berulang kali menunda pengobatan. Hal ini pun disebut mendorong inflasi medis yang dirasakan perusahaan asuransi.

Melalui survei yang dilakukan Prudential, penundaan tersebut terutama dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Pertama, kurangnya informasi kesehatan yang jelas. Hampir 44% responden mengatakan tidak memperoleh informasi yang mereka perlukan saat bertemu dokter terkait diagnosis.

Studi juga menunjukkan, satu dari lima responden menyebut ketidakpastian mengenai bagaimana biaya perawatan akan ditanggung sebagai kekhawatiran utama, ditambah dengan biaya tak terduga yang harus dibayar sendiri. Untuk menutupi biaya medis, 56% responden mengandalkan jaring pengaman sosial, termasuk keluarga (17%), pinjaman (12%), lembaga amal (13%), dan crowdfunding (14%).

Alasan ketiga, banyak pasien menempatkan tanggung jawab rumah tangga di atas kesehatan pribadi. Sebanyak 20% menunda perawatan demi memenuhi kebutuhan finansial keluarga, sementara 18% memprioritaskan pengasuhan anak dibanding perawatan diri.

Chief Health Officer Prudential Yosie William Iroth mengatakan, meski akses kesehatan di Indonesia telah meningkat signifikan, pasien masih menghadapi tantangan yang menghambat mereka mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.

"Survei ini menegaskan perlunya sistem layanan kesehatan yang dapat meminimalkan gangguan pada kehidupan sehari-hari, memberikan kepastian biaya sejak awal, serta menyediakan informasi yang andal dan mudah dipahami agar pasien merasa percaya diri untuk segera mencari perawatan ketika dibutuhkan," ungkap Yosie dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, (19/9/2025).

Padahal, Ekonom Kesehatan Syarifah Liza mengatakan, semakin lama penyakit dibiarkan semakin parah dan baru dibawa ke dokter, maka biaya berobatnya akan lebih besar. Secara tidak langsung, hal ini mengarah ke peningkatan inflasi medis.

"jadi kalau ini (tindakan preventif) dia bisa lakukan, saya pikir ini bisa membantu menyelesaikan permasalahan inflasi medis," kata dia.

Sebagaimana diketahui, Inflasi medis Indonesia mencapai 10,1% pada 2024, jauh dari inflasi medis global. Adapun secara global sendiri, inflasi medis mencapai 6,5%

Inflasi medis ini pun ikut membenahi industri asuransi karena mendorong rasio klaim. Diketahui, rasio premi yang diterima terhadap klaim yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi mencapai 100% di tahun 2023, ini belum termasuk dari biaya OPEX yang diperkirakan sebesar 10,5%.

Hal ini mengakibatkan perusahaan asuransi itu mengkoreksi pricing terhadap premi asuransi kesehatan dimana secara rata-rata itu 2024 meningkat sebesar 43,01%. Dengan kata lain, perusahaan asuransi terpaksa menaikkan premi agar industri tetap sehat, namun di sisi lain, masyarakat semakin kesulitan mendapat perlindungan asuransi yang terjangkau.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article MSIG Life Rombak Susunan Direksi, Tomoyuki Monden Jadi Wapresdir

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |