Jakarta, CNBC Indonesia - Kesuksesan seseorang selalu disandingkan dengan kekayaan. Tiga konglomerat asal Asia Tenggara masuk dalam daftar Forbes Asia's Philanthropy Heroes 2025. Ketiganya berasal dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Tokoh pengusaha besar di tiga negara tersebut dinilai berjasa besar melalui kontribusi filantropi yang berdampak luas dalam dua tahun terakhir.
Mengutip VNExpress, menariknya, para tokoh kaya raya ini memiliki benang merah yang sama dalam aktivitas sosialnya, yakni fokus pada pengembangan pendidikan sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat.
Jeffrey Cheah dari Malaysia
Miliarder asal Malaysia, Jeffrey Cheah, kembali masuk dalam daftar tersebut untuk kelima kalinya. Pendiri sekaligus Chairman Sunway Group ini baru-baru ini mengumumkan dana abadi pendidikan senilai RM500 juta atau setara dengan US$ 121 juta.
Dana tersebut menjadi salah satu dana abadi pendidikan terbesar di Malaysia dan ditujukan untuk mendorong keunggulan akademik, riset kelas dunia, serta inovasi di Sunway University yang didirikannya pada 2004.
Tak hanya itu, pada Agustus lalu Cheah juga menyumbangkan RM5 juta untuk pendirian kursi profesor kehormatan di Fakultas Kedokteran Universiti Kebangsaan Malaysia, serta RM7 juta untuk peningkatan fasilitas dua sekolah dasar di negara bagian Selangor.
Melalui Jeffrey Cheah Foundation yang berdiri sejak 2010, Ia telah menyalurkan lebih dari RM967 juta dalam bentuk beasiswa dan hibah pendidikan. Hal itu telah membantu puluhan ribu pelajar, termasuk dari keluarga kurang mampu.
Jeffrey Cheah yang kini berusia 80 tahun memiliki kekayaan sekitar US$ 4,4 miliar. Ia kerap menyebut visinya adalah meninggalkan warisan yang bermanfaat bagi umat manusia, dengan motto hidup, "Saya bercita-cita untuk menginspirasi sebelum saya meninggal dunia."
Keluarga Wee dari Singapura
Negara Singapura memiliki komglomerat utama dari keluarga Wee. Keluarga Wee juga masuk dalam daftar filantropis terpilih Forbes Asia. Melalui Wee Foundation dan United Overseas Bank (UOB), keluarga ini menyumbangkan S$ 110 juta atau sekitar US$ 86 juta kepada Nanyang Technological University (NTU) pada April lalu.
Donasi tersebut kemudian diperkuat dengan skema hibah pencocokan pemerintah Singapura sehingga total dana abadi mencapai hingga S$ 275 juta.
Beberapa bulan setelahnya, Wee Foundation kembali menyalurkan S$5,7 juta untuk Nursing Academic Fund yang mendukung pendidikan dan pelatihan tenaga perawat di jaringan rumah sakit SingHealth.
Wee Foundation diwakili oleh dua bersaudara, Wee Ee Cheong dan Wee Wei Ling, anak dari mendiang taipan perbankan Wee Cho Yaw yang wafat pada awal 2024. Keluarga Wee dikenal sebagai dinasti perbankan terkaya di Singapura, dengan total kekayaan sekitar US$10 miliar.
Selain dari UOB, sumber kekayaan keluarga ini juga berasal dari kepemilikan di Haw Par, UOL Group, dan Kheng Leong.
Low Tuck Kwong dari Indonesia
Indonesia juga memiliki konglomerat mendunia. Low Tuck Kwong, pengusaha tambang batu bara yang dikenal sebagai "raja batu bara". Pendiri Banyan Resources ini memiliki kekayaan sekitar US$ 24,4 miliar, menjadikannya salah satu orang terkaya di Asia.
Low lahir di Singapura dan pindah ke Indonesia pada usia 24 tahun. Ia kemudian menjadi warga negara Indonesia dan mengembangkan bisnis pertambangan batu bara di Kalimantan sejak akhir 1990-an.
Melalui Low Tuck Kwong Foundation yang didirikan pada 2022, ia aktif menyalurkan dana untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.
Pada Maret lalu, Low menyumbangkan S$8 juta kepada NTU untuk beasiswa mahasiswa Singapura yang membutuhkan serta mahasiswa pascasarjana asal Indonesia.
Tak hanya di luar negeri, kontribusi serupa juga dilakukan di dalam negeri, termasuk ke Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia. Menurut laporan media, total dana filantropi yang telah disalurkan yayasannya telah melampaui US$ 160 juta.
(rob/haa)
[Gambas:Video CNBC]


















































