Jakarta, CNBC Indonesia - Antusiasme masyarakat terhadap program rumah subsidi terus meningkat menjelang akhir tahun. Hingga awal November 2025, minat masyarakat untuk mengakses Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) melalui aplikasi SiKasep (Sistem Informasi KPR Sejahtera) telah mencapai lebih dari tiga perempat dari total target nasional.
Komisioner Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) Heru Pudyo Nugroho menyebutkan bahwa jumlah pendaftar yang ingin memperoleh rumah subsidi terus bertambah secara signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Meskipun dari sisi realisasi baru mencapai 213.630 unit rumah per 3 November 2025. Realisasi ini baru 61,03% dari target 350.000 unit rumah yang ditetapkan pemerintah sepanjang 2025.
"Hasil peminatan di SiKasep (Sistem Informasi KPR Sejahtera) pendaftaran orang yang ingin mengakses KPR FLPP per hari ini sudah di angka 271 ribu atau 77% dari target 350 ribu. Itu yang sudah terproses saat ini realisasinya sudah 196 ribu," kata Heru Pudyo Nugroho dalam Property Point' CNBC Indonesia, dikutip Jumat (7/11/2025).
Peningkatan penyaluran kredit juga terlihat dalam waktu singkat setelah digelarnya program akad massal KPR.
"Jadi kalau dari mulai seminggu yang lalu pada saat proses akad massal, ada peningkatan realisasi 15 ribu (unit). Ini kan hal yang terus kita upayakan ya, bahwa ada optimisme menjelang akhir tahun biasanya memang ada lonjakan dari sisi penyaluran dan proses, percepatan proses oleh teman-teman perbankan," ujarnya.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Tahun ini menjadi momentum penting karena pemerintah menyediakan alokasi FLPP yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Kuota tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
"Ada alokasi FLPP yang tinggi di tahun ini yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat berpenghasilan kecil, rendah yang memiliki kriteria untuk bisa mengakses," lanjut Heru.
Meski target tahun ini terbilang ambisius, Heru tetap optimistis bahwa BP Tapera dapat menuntaskan penyaluran hingga akhir tahun.
"Kita sangat optimis untuk pencapaian target 350.000 tahun 2025. Walaupun ini merupakan tantangan, karena pertama kali BP Tapera mendapatkan alokasi kuota terbesar sepanjang sejarah FLPP. Biasanya kita mengelola sekitar 200.000-220.000, paling tinggi ya. Ini 350.000, ada kenaikan sangat signifikan. Tentu kami melakukan upaya-upaya ofensif nih ya. Dari sisi demand, kemudian dari sisi supply," jelasnya.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maruarar Beri Bukti Nyicil Rumah Subsidi Lebih Murah daripada Ngontrak

















































