Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena microsleep atau tidur singkat saat berkendara menjadi perhatian serius dalam keselamatan lalu lintas termasuk jelang mudik Lebaran. Data 2024 menunjukkan bahwa sekitar 35% kecelakaan disebabkan oleh microsleep. Bahkan, jika frekuensi microsleep mencapai lebih dari 50% dalam rentang waktu empat menit, potensi kecelakaan meningkat hampir 100%.
Microsleep adalah periode tidur sangat singkat atau tidur kurang dari 30 detik yang sering kali terjadi tanpa disadari. Ini disebabkan karena hanya sebagian kecil otak yang masih menerima rangsangan.
"Microsleep dipicu oleh dua hal utama, yaitu kelelahan dan kurang tidur," jelas dokter spesialis saraf RSUI, dr Winnugroho Wiratman, Sp.S., Ph.D., dikutip website resmi UI.
Ia menambahkan bahwa kelompok yang rentan mengalami microsleep antara lain lansia, penderita demensia, mereka yang memiliki kualitas tidur buruk, serta individu dengan riwayat cedera kepala. Microsleep dapat ditandai dengan tatapan kosong, kepala tiba-tiba menunduk, tubuh tersentak, hingga kehilangan memori dalam 1-2 menit terakhir.
Gejala lain termasuk sering menguap, kelopak mata sulit terbuka, hingga sering berkedip. "Kalau tanda-tanda ini muncul, sebaiknya jangan dipaksakan melanjutkan aktivitas. Beristirahat 15-20 menit jauh lebih baik untuk keselamatan," katanya.
Cara mencegah microsleep
Untuk mencegah microsleep, dr Winnugroho menyarankan pengemudi melakukan beberapa cara seperti mengajak bicara teman seperjalanan, mengkonsumsi minuman berkafein, serta mendengarkan musik yang membangkitkan semangat. Jika cara tersebut tidak efektif, sebaiknya konsultasi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.
Ia menegaskan bahwa microsleep bukanlah penyakit, sehingga tidak perlu buru-buru mencari obat. Microsleep itu, kata ia, bukan penyakit, jadi tidak perlu panik dan cari dulu penyebabnya, biasanya karena tubuh kurang istirahat.
Pola tidur yang teratur juga menjadi kunci untuk menghindari microsleep. Dokter menayarankan hindari aktivitas komunikasi menjelang tidur dan pastikan tidur cukup di malam hari. Dr Winnugroho mengingatkan bahwa sekitar tiga jam sebelum waktu tidur, tubuh mulai rentan mengalami kantuk berat. Oleh karena itu, para pengemudi jarak jauh disarankan beristirahat di rest area untuk menghindari risiko.
"Keselamatan berkendara tidak ditentukan oleh kecepatan, tapi kondisi tubuh pengemudi. Jangan paksakan menyetir saat tubuh tidak prima, karena itu bisa membahayakan nyawa sendiri dan orang lain," ujarnya.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Tren Gaya Hidup Sehat Jadi Peluang & Inovasi Grup F&B
Next Article Catat 7 Cara Agar Bisa Tertidur Kembali Setelah Terbangun Tengah Malam