Tiba-Tiba IHSG Naik 1%, Ini Penyebabnya

14 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendadak naik lebih dari 1% ke level 8.141 pada pukul 11.00 WIB. Lonjakan ini terjadi di tengah volatilitas indeks dalam empat hari perdagangan terakhir. 

Hingga pukul 11.30 WIB, indeks masih bertahan di zona hijau. Sebanyak 428 saham naik, 266 turun, dan 262 tidak bergerak. 

Nilai transaksi siang ini mencapai Rp 10,02 triliun, melibatkan 12,19 miliar saham dalam 1,15 juta kali transaksi. 

Mengutip Refinitiv, nyaris seluruh sektor berada di zona hijau. Bahan baku memimpin penguatan dengan kenaikan 2,19%, diikuti oleh energi (1,85%) dan properti (1,13%). 

Sebagai informasi dalam tiga hari sebelumnya, IHSG ditutup di zona merah. Secara berurutan pada 13–15 Oktober, IHSG ditutup turun 0,37%, 1,95%, dan 0,19%. 

Hari ini IHSG bertahan di zona hijau seiring dengan pergerakan saham bank-bank jumbo. BBTN memimpin penguatan dengan kenaikan 1,75%. Lalu diikuti oleh BBNI 1,59%, BBRI 1,43%, BMRI 1,23%, dan BRIS 1,6%.

Alhasil sejumlah saham bank jumbo menjadi penghuni daftar Top 10 Movers siang ini. BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI menyumbang 21,55 indeks poin terhadap penguatan IHSG.

Selain itu, dua saham konglomerat juga mengerek IHSG ke atas. Emiten tambang grup Sinar Mas, Dian Swastatika (DSSA) menyumbang 19,12 indeks poin dan emiten tambang Salim, Amman Mineral (AMMN) berkontribusi 10,2 indeks poin. 

Adapun sejumlah data ekonomi penting dari dalam dan luar negeri tengah menjadi sorotan pasar. Dari Asia, tekanan deflasi China berlanjut dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (CPI) sebesar 0,3% (yoy) pada September 2025, menandakan rapuhnya permintaan domestik di ekonomi terbesar kedua dunia itu.

Sementara di dalam negeri, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia naik menjadi US$431,9 miliar per Agustus, disertai pelemahan penerimaan pajak yang mendorong pemerintah menimbang penurunan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk menjaga daya beli masyarakat.

Dari sisi korporasi, Danantara mengumumkan efisiensi besar lewat pemangkasan jumlah komisaris BUMN dan penghapusan bonus tahunan, langkah yang diklaim mampu menghemat hingga Rp8,28 triliun per tahun.

Di saat bersamaan, Kementerian Keuangan meluncurkan kanal pengaduan "Lapor Pak Purbaya" untuk memperkuat transparansi fiskal. Sementara dari Amerika Serikat, pasar global menanti rilis data inflasi produsen (PPI) dan penjualan ritel untuk September yang akan menjadi petunjuk arah inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed selanjutnya


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Sesi I Turun 0,33%, Saham Konglomerat Ambruk

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |