Tak Lekang Oleh Waktu, Ini 3 Upacara Tradisi & Kebudayaan di Yogyakarta

6 hours ago 4

Jakarta -

Tanah Jawa tak habisnya dengan keberagaman budaya yang ditawarkan, salah satunya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jogja cukup kental dengan nilai-nilai budaya yang tertanam dalam kehidupan sehari-hari yang tak pernah lekang oleh waktu.

Nilai-nilai budaya tersebut antara lain unggah-ungguh (tata krama), guyub rukun (semangat kebersamaan), hingga tepa salira (sikap toleransi). Bukan hanya nilai-nilai budaya, Jogja juga kental dengan berbagai pertunjukkan tradisi kebudayaan.

Bahkan di Keraton Yogyakarta, para wisatawan masih bisa melihat berbagai tradisi upacara adat yang religius. Upacara ini pun masih digelar hingga saat ini tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut merupakan beberapa upacara tradisi dan kebudayaan yang ada di Yogyakarta:

1. Upacara Labuhan

Upacara ini merupakan tradisi yang berasal dari Kerajaan Mataram Islam, dan masih dilestarikan oleh Keraton Yogyakarta. Upacara ini merupakan bentuk ungkapan syukur dan penghormatan kepada leluhur, khususnya Kanjeng Ratu Kidul.

Upacara ini juga dilakukan di dua tempat yaitu, Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Kedua tempat inilah benda-benda kepunyaan Sultan seperti nyamping (kain batik) dan rasukan (pakaian) dihanyutkan.

2. Upacara Tumplak Wajik

Upacara ini adalah acara pembuatan wajik, makanan yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa. Upacara Tumplak Wajik dilakukan untuk mengawali pembuatan pareden dalam upacara Garebeg, dua hari sebelum upacara Garebeg.

Upacara kerap dihadiri juga oleh abdi dalem (pembesar keraton), setelah upacara tersebut selesai akan dilanjutkan dengan pembuatan pareden.

3. Upacara Sekaten

Upacara ini merupakan upacara Keraton Yogyakarta yang digelar selama 7 hari, dan sudah ada dari zaman Kerajaan Demak. Tujuan dilaksanakan upacara ini tidak lain adalah, memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Upacara ditandai dengan perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur Madu, dan KK Nagawilaga dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan Selatan dan Utara Masjid Gedhe (Masjid Gedhe Kauman yang berada di dalam komplek Keraton).

Perayaan ini juga diisi dengan pertunjukan wayang kulit, tari-tarian, serta berbagai lomba yang melibatkan masyarakat.

Dengan tradisi budaya dan upacara yang masih kental dan dipertahankan oleh Yogyakarta, detikcom menghadirkan detikJateng-Jogja Awards 2025. Ajang ini bertujuan memberikan apresiasi kepada individu, tokoh masyarakat, dan pelaku bisnis di Indonesia yang turut berkontribusi membangun dan menjaga wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Penghargaan pemenang akan dibagi menjadi empat kategori mulai dari, pemerintah, individu, NGO/Organisasi Sosial, dan BUMD/Perusahaan Swasta. Dalam pemenang kategori tersebut akan ditentukan oleh Dewan redaksi detikcom, detikJateng, dan detikJogja.

Sebagai informasi, detikJateng-Jogja Awards 2025 merupakan ajang penghargaan untuk figur, komunitas dan program di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang inspiratif, kreatif, inovatif serta berprestasi dalam memberikan dampak pada masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta. Nantinya unsur-unsur inilah yang akan menjadi penilaian untuk pemenang penghargaan detikJateng-jogja Awards 2025.

Seremonial tahunan ini akan dilaksanakan hanya 1 hari di Wisma Perdamaian Semarang pada 23 Juli 2025, dengan rangkaian acara dari pemberian penghargaan hingga music entertainment oleh musisi lokal Jawa tengah dan Yogyakarta.

Awarding ini akan ditayangkan dan dapat disaksikan secara live streaming di laman resmi detikcom.

(anl/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |