Revolusi Keluarga: Punya Anak Perempuan Kini Jadi Idaman Warga Korea

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Di Korea Selatan, negeri yang pernah dikenal dengan budaya patriarkinya yang kental, peta cinta orang tua terhadap anak kini berbalik arah.

Korea Selatan negara dengan salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia kini justru menunjukkan kecenderungan unik, lebih banyak orang ingin memiliki anak perempuan ketimbang laki-laki.

Fenomena ini cerminan dari transformasi sosial yang mendalam.

Menurut survei Gallup International yang dikutip The Korea Herald, 28% warga Korea kini lebih memilih memiliki anak perempuan, sementara hanya 15% yang menginginkan anak laki-laki. Sebanyak 56% lainnya menyatakan tidak punya preferensi khusus.

Angka ini menunjukkan lonjakan luar biasa dibanding tiga dekade lalu. Pada 1992, sekitar 58% masyarakat Korea Selatan masih memilih anak laki-laki, sedangkan hanya 10% yang ingin anak perempuan. Kini, selisih itu berbalik arah preferensi terhadap anak perempuan naik hampir tiga kali lipat, sebagaimana dilaporkan The Korea Times.

Perubahan paling tajam terjadi di kelompok usia produktif. Mereka yang berusia 20 hingga 50 tahun kini menunjukkan kecenderungan lebih besar menyukai anak perempuan. Khusus di kalangan perempuan berusia 30-40 tahun, preferensi terhadap anak perempuan bahkan mencapai kisaran 40%. Hanya generasi 60 tahun ke atas yang masih menunjukkan preferensi seimbang antara anak laki-laki dan perempuan.

Statistics Korea memperlihatkan bahwa rasio jenis kelamin saat lahir yang dulu sempat mencapai 116,5 anak laki-laki per 100 anak perempuan pada 1990 kini turun ke level alami, 105,1 pada 2023. Artinya, tekanan sosial untuk "memiliki penerus laki-laki" kian memudar seiring waktu.

Perubahan sikap ini tak lepas dari pergeseran struktur sosial dan ekonomi.
Diskriminasi dalam pewarisan semakin berkurang, sementara ritual penghormatan leluhur yang dulu didominasi laki-laki kini mulai egaliter. Dalam banyak keluarga modern, anak perempuan bahkan dianggap lebih peduli terhadap orang tua yang menua sebuah nilai yang semakin dihargai di tengah masyarakat berpenduduk tua.

Namun, tren ini juga mengandung ironi. Di tengah menurunnya tingkat kesuburan ekstrem, banyak pasangan muda Korea hanya memiliki satu anak.

Ketika pilihan terbatas, kecenderungan emosional terhadap anak perempuan menjadi lebih menonjol bukan karena bias gender baru, tetapi karena citra anak perempuan yang dianggap lebih hangat dan penuh kasih.

Secara global, Korea menempati posisi pertama dalam preferensi terhadap anak perempuan di antara 44 negara yang disurvei Gallup. Jepang, Spanyol, dan Filipina menyusul di posisi berikutnya. Sementara negara dengan preferensi kuat terhadap anak laki-laki masih didominasi oleh India, China, dan beberapa negara Amerika Latin.

Populasi Korsel Mengkhawatirkan

Dalam laporan terbaru dari Korean Peninsula Population Institute for Future, Korea Selatan diprediksi akan kehilangan hingga 85% dari total populasinya pada 2125.

Dari 51,68 juta jiwa hari ini, negara ini bisa menyusut menjadi hanya 7,53 juta orang.

Proyeksi Korean Peninsula Population Institute for Future menggunakan metode cohort component untuk memproyeksikan tren demografis Korea selama satu abad ke depan.

Teknik yang diakui secara internasional ini memperkirakan populasi masa depan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan pola imigrasi.

Dalam skenario terburuk lembaga tersebut, populasi Korea Selatan dapat turun menjadi 7,53 juta jiwa pada 2125, penurunan tajam dari jumlah saat ini yang mencapai 51,68 juta jiwa. Jumlah ini bahkan lebih sedikit dari populasi Kota Seoul saja saat ini, yang lebih dari 9,3 juta jiwa.

Dalam proyeksi paling optimistis sekalipun, populasi diperkirakan menyusut menjadi 15,73 juta jiwa, atau kurang dari sepertiga jumlah saat ini. Sementara dalam skenario median, populasi 2125 diperkirakan mencapai 11,15 juta jiwa.

Laporan ini juga menyoroti kecepatan penurunan populasi yang semakin meningkat. Dalam skenario median, populasi akan menyusut sebesar 30% pada 2075, dan kemudian turun lebih dari setengahnya dalam 50 tahun berikutnya.

Penurunan ini tidak hanya disebabkan oleh tingkat kelahiran yang menurun, tetapi juga oleh efek berantai.

Piramid Populasi Korea SelatanFoto: Korean Peninsula Population Institute for Future
Piramid Populasi Korea Selatan

Dengan semakin sedikitnya orang di setiap generasi berikutnya, jumlah calon orang tua juga berkurang, yang mempercepat penurunan lebih lanjut.

Piramida demografi Korea Selatan, yang dahulu berbentuk seperti "ikan pari" dengan basis luas berisi kelompok usia muda, diperkirakan akan berubah menjadi bentuk "ular kobra" pada 2125 - dengan pita-pita usia yang menyempit di seluruh kelompok umur dan populasi yang didominasi oleh kelompok usia tua.

Per 2024, angka fertilitas total Korea Selatan yaitu rata-rata jumlah anak yang diperkirakan akan dilahirkan seorang perempuan selama hidupnya - sedikit meningkat menjadi 0,75, namun masih jauh di bawah tingkat pengganti populasi sebesar 2,1.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |