Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN Indonesia Power (IP) mengaku tertarik untuk turut terlibat sebagai pengembang dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Terutama yang saat ini sedang gencar dibicarakan pemerintah.
Meski begitu, Direktur Utama PLN IP Bernadus Sudarmanta menjelaskan pihaknya masih menunggu arah kebijakan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) selaku pihak yang ditugaskan pemerintah untuk mengkoordinasikan pembangunan PLTSa.
"Kalau PLN IP sih sebenarnya kita tertarik untuk menjadi pengembang di pembangunan segmen ke sampah dan kita sudah aktif juga melakukan feasibility study, termasuk feasibility study di Bali sebenarnya. Jauh sebelum inisiatif dari Danantara ini berjalan," kata Bernadus di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Menurut dia, peluang bagi PLN IP untuk terlibat menjadi pengembang PLTSa tetap terbuka, hanya saja hal itu tergantung pada model kemitraan yang akan ditetapkan oleh Danantara.
"Apakah kita menjadi mandatory partner, atau kah kita menjadi optional partner, atau kah kita akan menjadi consortium bidder. Itu banyak kemungkinan. Ini lagi-lagi pintu masuknya tergantung dari kebijakan Danantara," katanya.
Ia pun membeberkan bahwa listrik yang dihasilkan dari PLTSa nantinya akan dikirim ke PLN. PLN akan bertindak sebagai offtaker, sehingga setiap proyek pengembangan PLTSa akan memperoleh kontrak jual beli listrik dengan PLN.
"Pembangkit sampah itu offtaker-nya PLN, nantinya listrik dikirim ke PLN. Jadi semua dijual ke PLN. Jadi nanti semua pengembangan sampah itu akan mendapatkan kontrak PPA dengan PLN sebagai offtaker-nya," katanya.
Sebelumnya, BPI Danantara menyebut antusiasme investor pada proyek pengelolaan sampah kota menjadi energi atau waste to energy cukup besar.
Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir mengatakan ada lebih dari 100 perusahaan dari dalam negeri maupun asing, yang tergabung dalam 70 konsorsium menyatakan minat terhadap proyek waste to energy.
"Kita sudah mulai prosesnya dari dua minggu lalu. Ya alhamdulillah bagus sekali," ujarnya di Hotel JS Luwansa Jakarta, Kamis (15/10/2025).
Pandu optimis pada masa depan proyek ini karena Peraturan Presiden yang memayungi program energi bersih itu sudah terbit. Langkah selanjutnya yaitu memilih pemain-pemain yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang tepat untuk sektor ini.
Disebutkan bahwa proyek mengubah sampah menjadi energi atau waste to energy membutuhkan investasi sebesar Rp 91 triliun. Rencananya proyek ini akan dilaksanakan di 33 kota di seluruh Indonesia.
Tahap awal akan dilakukan di 10 kota besar terlebih dahulu seperti kota Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali dan Makassar.
Proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) memiliki daya kapasitas yang mampu mengolah sebanyak 1.000 ton sampah per hari. Dalam pemilihan lokasi PSEL, akan dipertimbangkan sejumlah kriteria yang mana tidak hanya dari segi sampahnya, tapi juga dari kesediaan air, lahan, dan yang lain-lainnya.
"Ya, Insya Allah sih akhir tahun ini nanti kita sudah bisa launching," pungkasnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Sampah Bisa Jadi Listrik, Aturannya Terbit Bulan Ini


















































