Jakarta, CNBC Indonesia - Industri perhotelan di Indonesia tengah menghadapi tantangan besar. Data terbaru menunjukkan tingkat hunian hotel dan tarif kamar mengalami penurunan signifikan, dipicu oleh sentimen pasar yang semakin negatif.
Adapun faktor utama yang memengaruhi tren ini adalah kebijakan penghematan anggaran pemerintah, berimbas pada berkurangnya permintaan terhadap layanan perhotelan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) bersama Horwath HTL, tingkat hunian hotel atau okupansi mengalami penurunan hingga 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, rata-rata hanya berkisar 20% secara nasional. Disebutkan, hotel di beberapa daerah yang selama ini mengandalkan kunjungan instansi pemerintah, seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung, penurunannya bahkan lebih drastis.
Menurut PHRI, pemangkasan anggaran perjalanan dinas pemerintah menjadi salah satu faktor utama penyebab merosotnya tingkat hunian. Hotel-hotel yang biasanya mendapatkan pendapatan dari rapat-rapat pemerintah kini kehilangan sumber pemasukan utama mereka.
"Pada Januari 2025, lebih dari 30% responden melaporkan mengalami kerugian pendapatan melebihi 40% dibandingkan dengan tahun sebelumnya," tulis laporan hasil survei yang diterima CNBC Indonesia, dikutip Selasa (25/3/2025).
Tingkat hunian dan tarif kamar sangat terkait dalam hal sentimen. Hal ini karena pasar hotel Indonesia didominasi oleh domestik, yang menghasilkan kecenderungan tingkat hunian yang lebih kuat daripada tarif yang lebih kuat.
Dijelaskan, ketika permintaan melemah, maka tarif kamar kemungkinan akan terpengaruh. Hotel-hotel low-tier cenderung mengorbankan pertumbuhan tarif kamar untuk mempertahankan volume bisnis. Perlu dicatat, begitu sebuah hotel mulai menurunkan tarif maka akan memengaruhi seluruh pasar dalam jangka panjang. Dampaknya akan menciptakan pasar yang sensitif terhadap harga dengan strategi 'red ocean' yang mengganggu pertumbuhan destinasi jangka panjang.
Sementara itu, untuk pasar yang didominasi oleh domestik, kegiatan pemerintah dan MICE memainkan peran penting dalam membentuk tren pasar. Terlebih lagi, pasar seperti ini identik dengan sensitivitas harga. Hanya sedikit destinasi yang memiliki segmentasi pasar yang lebih luas, dan bahkan lebih sedikit lagi yang memiliki keragaman komposisi wisatawan mancanegara yang signifikan.
"Lebih dari 50% responden percaya bahwa situasi ini dapat berlanjut setidaknya selama 6 bulan lagi, jika tidak kemungkinan akan berlanjut lebih panjang lagi. Momentum positif sangat penting bagi pasar yang sedang berkembang seperti Indonesia. Akan sulit untuk mendapatkan kembali momentum dalam situasi kritis saat ini," pungkasnya.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Putar Otak Pengusaha Hotel Hadapi Pemangkasan Anggaran Prabowo
Next Article Peringatan Keras Bos Pengusaha, PPN 12% Ancam Nasib Pekerja Hotel Cs