Jakarta -
Kesehatan menjadi hal yang perlu dijaga oleh setiap orang. Pasalnya, kesehatan mampu membuat produktivitas dan aktivitas seseorang dapat terjaga.
Untuk itu, BPJS Kesehatan melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus berupaya menghadirkan inovasi agar Kesehatan setiap orang bisa terjaga. Berbagai inovasi yang telah dihadirkan pun dirasakan oleh para peserta program JKN, salah satunya warga asal Kalurahan Wedomartani Sleman, Sri Wahyuni.
"Awalnya itu sebenarnya nggak terasa sakit gimana-gimana. Tiba-tiba bengkak," Sri Wahyuni dalam keterangan tertulis, Kamis (10/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, Sri mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Universitas Ahmad Dahlan (RS UAD), Karangsari, Wedomartani, Kapanewon Ngemplak. Lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal.
Oleh petunjuk dokter, direncanakan untuk Sri bisa mendapatkan 13 kali perawatan. Saat ini, dia tengah menjalani sesi kedelapan.
Sri bercerita dulunya dirinya menjalani perawatan dengan intensitas dua kali seminggu. Namun kini hanya diperlukan perawatan dua minggu sekali.
"Sakit ini sudah tiga bulan. Sementara perawatan di RS UAD ini masuk bulan kedua. Kalau saya belum tahu penyebab pastinya karena apa. Dilakukan perawatan saluran akar," ungkapnya.
Sri menjalani perawatan endodontik. Di sini, saluran akar dirawat untuk menyelamatkan gigi yang rusak parah atau terinfeksi, tetapi tanpa perlu mencabutnya. Perawatan ini fokus pada pembersihan, disinfeksi, dan pengisian saluran akar gigi yang rusak atau terinfeksi. Dengan demikian, gigi dapat berfungsi kembali secara normal.
Sri menjelaskan untuk mendapatkan layanan ini dia awalnya melakukan pemeriksaan awal di puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Saat itu, dia memperoleh surat rujukan untuk perawatan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
Menurutnya, layanan yang diperoleh sangat baik. Dia mengaku tidak memiliki keluhan berarti dan dokter yang merawatnya juga ramah.
"Untuk saat ini kondisi saya sudah meningkat sekali. Tidak terasa sakit dan bisa untuk makan. Kalau sebelumnya saya sampai tidak bisa mengunyah," katanya.
Dia juga menyebut hal ini berkat obat-obat yang sudah diresepkan dokter dan terbukti manjur. Di sisi lain, sebagai pasien dia juga diberi kebebasan untuk konsultasi soal keluhannya.
Sri sendiri merupakan peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta mandiri. Keluarganya total berjumlah lima orang sudah terdaftar menjadi peserta JKN kelas 3. Dia menyebut tidak ada perbedaan layanan antara pasien JKN maupun pasien umum.
"Jumlah biaya yang harus saya bayar setiap bulan sekitar Rp175 ribu. Menurut saya itu cukup dan tidak membebani," tuturnya.
Di sisi lain, dia meyakini kalau pun tidak sakit, uang iurannya akan digunakan bagi peserta JKN yang lain. Menurutnya, hal ini bisa menjadi bentuk sedekah dan upaya tolong-menolong.
Hal tersebut lantaran dia mengetahui adanya skema gotong royong dalam Program JKN. Yang sehat membantu yang sakit. Seluruh masyarakat berhak memperoleh pelayanan prima dalam bidang kesehatan.
"Ibaratnya kalau ikut Program JKN itu sudah tenang. Waktu sakit walau tidak punya uang tetap bisa berobat," imbuhnya.
Dia mengaku sangat puas menjadi peserta JKN. Untuk ini, dia berharap program ini bisa terus dilanjutkan agar semakin banyak orang bisa merasakan manfaatnya.
Terlebih, fasilitas yang diperoleh bisa digunakan secara gratis seluruhnya. Oleh sebab itu, dia turut mengajak masyarakat agar tidak lagi perlu ragu untuk mendaftarkan diri menjadi peserta JKN.
"Kalau ragu-ragu tentu nanti bisa diberikan pengertian pentingnya memiliki jaminan kesehatan. Jadi jika sakit, sudah tenang mempunyai jaminan kesehatan yang terjangkau," tutupnya.
(ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini