Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
08 December 2025 11:30
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar aset kripto membuka lembaran perdagangan pekan kedua Desember, Senin (8/12/2025), dengan performa yang meyakinkan.
Hijaunya papan perdagangan hari ini menjadi konfirmasi lanjutan bahwa sentimen bullish yang terbangun pasca-perubahan kebijakan The Fed awal bulan ini bukanlah euforia sesaat, melainkan awal dari tren akumulasi yang lebih struktural.
Investor tampak semakin nyaman mengambil risiko. Indikator utamanya terlihat dari pergerakan Bitcoin (BTC) yang sangat stabil di atas level krusial $91.000. Stabilitas Sang Raja Kripto ini bertindak sebagai "lampu hijau" bagi para trader untuk memutar modal mereka ke aset-aset alternatif (altcoin) guna mengejar imbal hasil yang lebih tinggi.
Bitcoin & Ethereum: Fondasi Bull Market
Bitcoin (BTC) mencatatkan kenaikan solid 1,81% dalam 24 jam terakhir ke posisi $91.234,72. Kenaikan ini menggenapkan performa mingguan BTC menjadi 5,60%, sebuah angka yang sangat sehat untuk menjaga tren jangka panjang.
Namun, sorotan teknikal justru tertuju pada Ethereum (ETH). Aset kripto terbesar kedua ini perlahan tapi pasti mulai mengejar ketertinggalannya.
Dengan kenaikan harian 1,76% dan mingguan 9,89%, ETH kini diperdagangkan di $3.106,74. Kinerja mingguan ETH yang hampir dua kali lipat lebih baik dari BTC mengindikasikan bahwa dominasi Bitcoin mulai sedikit mengendur, memberikan ruang bagi ekosistem smart contract untuk bersinar kembali.
Kebangkitan Dino Coin: Rotasi ke BCH & ADA
Fenomena paling menarik di awal pekan ini adalah kembalinya minat investor pada aset-aset "veteran" atau sering disebut sebagai 'Koin Dino'. Bitcoin Cash (BCH) dan Cardano (ADA) menjadi bintang panggung yang tak terduga.
Bitcoin Cash (BCH), hasil percabangan (hard fork) legendaris dari Bitcoin, mencatatkan kinerja mingguan paling fantastis di jajaran papan atas, terbang 15,12% ke level $600,86. Kenaikan harian 2,72% juga menjadi yang tertinggi di antara aset non-stablecoin lainnya. Lonjakan ini memicu spekulasi bahwa investor institusi sedang mencari aset Proof-of-Work (PoW) yang undervalued sebagai alternatif Bitcoin yang sudah mahal.
Setali tiga uang, Cardano (ADA) juga mencatatkan kenaikan mingguan impresif sebesar 9,23%, diperdagangkan di level $0,42. Kembalinya arus modal ke aset-aset lama ini menunjukkan pola rotasi defensif; di mana investor ingin tetap berada di pasar (invested), namun memilih aset yang sudah teruji waktu (time-tested) ketimbang aset spekulatif baru yang berisiko tinggi.
Anomali Dari Hyperliquid
Di sisi lain spektrum, Hyperliquid (HYPE) menjadi korban dari rotasi modal ini. Sebagai aset yang sempat menjadi primadona di pekan-pekan sebelumnya, HYPE kini justru tertekan sendirian di zona merah.
Data menunjukkan HYPE anjlok -3,34% dalam 24 jam dan -4,40% dalam sepekan ke level $29,89. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh aksi profit taking dari para trader jangka pendek yang memindahkan keuntungan mereka dari HYPE (yang sudah naik tinggi sebelumnya) ke aset-aset yang baru mulai panas seperti BCH dan ETH. Ini adalah mekanisme pasar yang sehat, mencegah terjadinya gelembung (bubble) pada satu aset tertentu.
Prospek Mingguan: Mata Tertuju pada The Fed
Secara makro, pasar masih didukung oleh narasi "Soft QE" pasca penghentian Quantitative Tightening (QT) per 1 Desember lalu. Likuiditas Dolar AS yang lebih longgar menjadi bahan bakar utama bagi reli ini.
Jika Bitcoin mampu mempertahankan level $91.000 hingga pertengahan pekan, besar kemungkinan reli pada altcoin (Altseason Mini) akan semakin meluas ke aset-aset lapis kedua lainnya.
Optimisme ini diperkuat oleh data PCE AS yang melandai dan sesuai eskpektasi, memvalidasi langkah The Fed melonggarkan kebijakan karena meredanya inflasi, sehingga menciptakan iklim kondusif bagi aset berisiko seperti Bitcoin dan Kripto.
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)


















































