Israel Ungkap Mimpi Perdamaian dengan Arab Saudi, Raja Salman Mau?

8 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Israel Isaac Herzog menyatakan optimismenya terhadap peluang perdamaian dengan Arab Saudi seiring gencatan senjata di Gaza yang difasilitasi Presiden AS Donald Trump.

Herzog mengatakan ia "bermimpi" suatu hari merayakan perdamaian dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS).

"Merupakan impian saya bisa merayakan perdamaian dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Tempat lahirnya Islam dan Yudaisme yang bersatu akan mengubah dunia," kata Herzog di kediamannya di Yerusalem, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (7/12/2025).

Herzog menegaskan bahwa Arab Saudi adalah kunci upaya normalisasi Israel di kawasan, namun Riyadh tetap mensyaratkan peta jalan menuju kenegaraan Palestina. Ia tidak menanggapi langsung isu tersebut karena posisinya sebagai kepala negara, tetapi mengakui bahwa perang dua tahun terakhir membuat ketidakpercayaan semakin dalam meski potensi manfaat normalisasi sangat besar.

"Masa depan kawasan ini adalah dialog antara Yahudi dan Muslim," katanya. "Kita terjalin erat dengan tetangga kita."

Herzog juga menyebut Trump sebagai "master of the game" dalam menggerakkan arsitektur geopolitik Timur Tengah, merujuk pada Perjanjian Abraham 2020 yang menormalisasi hubungan Israel dengan empat negara Arab. Kesepakatan dengan Saudi disebut sempat mendekati final pada 2021 sebelum tertunda oleh pergantian pemerintahan AS dan tuntutan Riyadh.

Ia melihat peluang baru setelah berlanjutnya upaya diplomasi pasca perang, termasuk potensi kesepakatan dengan Suriah setelah jatuhnya Bashar al-Assad. Pemimpin sementara Suriah, mantan militan Ahmad al-Sharaa, dinilai sebagai mitra baru yang mungkin bagi pemerintahan Trump, meski Herzog mengaku berhati-hati.

"Kami memiliki prasyarat tertentu, termasuk akses bagi komunitas Druze," ujar Herzog. "Namun jika tercapai perjanjian baru yang membuka kontak dan hubungan, itu akan menjadi momen luar biasa."

Di Lebanon, Herzog menilai stabilitas hanya dapat tercapai jika pemerintah mampu menekan Hizbullah, sementara Hamas di Gaza tetap aktif meski mengalami kerugian besar. Meski ancaman masih tinggi, ia merasa banyak pemimpin Arab memiliki pandangan yang sama mengenai kebutuhan stabilitas.

"Ada visi bersama, terlepas dari ancaman yang sangat besar," ujarnya. Ia menutup dengan ajakan untuk berpikir jauh ke depan. "Dengan segala ancaman yang kita hadapi, ini adalah kesempatan untuk mengubah persamaan di Timur Tengah. Kita harus berpikir besar dan memikirkan masa depan."

(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |