Jakarta, CNBC Indonesia - Squid Game Season 3 resmi memecahkan rekor penonton terbanyak dalam sejarah Netflix. Hanya dalam waktu tiga hari, musim pamungkas ini telah ditonton lebih dari 60 juta akun, menjadikannya seri pertama yang menduduki peringkat #1 di seluruh negara tempat Netflix tersedia.
Dirilis pada Juni 2025, musim ketiga ini menjadi penutup kisah Seong Gi-hun, karakter utama yang kembali dalam kondisi paling rapuh, usai kehilangan rekan-rekannya dan gagal menghentikan sistem permainan yang brutal.
Sutradara Hwang Dong-hyuk, dalam keterangan di laman resmi Netflix, menyebut musim ini sebagai titik balik yang akan menguji tekad dan keberanian Gi-hun hingga batas terakhirnya.
Meskipun akhir ceritanya menuai pro-kontra dan banyak penonton mengaku kecewa, tak bisa dipungkiri bahwa Squid Game tetap berhasil menghadirkan refleksi keras tentang realitas hidup, tekanan ekonomi, dan keputusan-keputusan ekstrem saat seseorang terpojok oleh kebutuhan finansial.
Di balik permainan mematikan dan ketegangan yang terus meningkat, Squid Game menyimpan banyak pelajaran penting tentang uang, tentang bagaimana uang bisa mengangkat, menghancurkan, atau bahkan menghapus sisi kemanusiaan seseorang.
Berikut ini 5 pelajaran penting soal keuangan yang bisa kita ambil dari serial fenomenal ini, bukan cuma relevan di layar, tapi juga dalam hidup sehari-hari :
1. Utang Bukan Sekadar Masalah Angka, Tapi Bisa Jadi Soal Hidup dan Mati
Di Squid Game, hampir semua peserta masuk permainan karena satu alasan: terlilit utang. Tapi bukan utang karena kebutuhan pokok-melainkan utang karena gaya hidup, judi, dan keputusan yang sembrono. Mereka berusaha "lari dari kenyataan", tapi justru masuk ke situasi yang jauh lebih mengerikan.
Ini jadi pengingat bahwa utang yang tak terkendali bisa membuat hidup makin berat. Bukan cuma angka di atas kertas, tapi bisa memengaruhi kesehatan mental, hubungan keluarga, bahkan rasa harga diri.
Pelajaran:
Jangan menyepelekan utang. Bedakan antara utang untuk bertumbuh (seperti pendidikan atau modal usaha) dan utang yang cuma memenuhi keinginan sesaat. Hidup sederhana lebih aman daripada hidup mewah tapi tercekik utang.
2. Kurang Ilmu Keuangan = Mudah Diperdaya dan Disesatkan
Banyak tokoh di serial ini mengambil keputusan yang merugikan karena mereka tidak benar-benar paham cara kerja uang. Ada yang menyerahkan seluruh harta ke orang lain tanpa perjanjian. Ada juga yang berjudi terus-menerus berharap "nasib" akan berubah. Sayangnya, harapan tanpa perhitungan sering kali berakhir pahit.
Di dunia nyata, ini sering terjadi, banyak orang tergoda "cuan cepat" tanpa tahu risikonya. Dan ketika rugi, mereka bingung harus mulai dari mana.
Pelajaran:
Luangkan waktu untuk belajar keuangan, sekecil apapun. Pahami cara mengelola pengeluaran, menabung, dan risiko investasi. Ilmu ini bukan cuma buat orang kaya, tapi buat semua orang yang ingin hidupnya lebih tenang.
"An investment in knowledge pays the best interest." - Benjamin Franklin
3. Don't put all your eggs in one basket
Salah satu momen paling menyayat hati di Squid Game adalah saat Ali Abdul, karakter yang jujur dan polos, mempercayakan seluruh uang dan harapannya pada orang yang ia anggap teman. Tapi alih-alih ditolong, ia justru dikhianati.
Kejadian ini bukan cuma soal pengkhianatan, tapi juga soal risiko saat kita menaruh semua dalam satu wadah-entah itu uang, harapan, atau kepercayaan. Dalam keuangan, ini disebut tidak melakukan diversifikasi. Dalam hidup, ini disebut naif tanpa perlindungan.
Pelajaran:
Hati-hati saat menaruh seluruh kepercayaan atau aset pada satu pihak. Risiko selalu ada, bahkan dari orang yang paling kita percayai. Dalam dunia finansial, belajar membagi risiko adalah salah satu bentuk mencintai diri sendiri.
4. Dana Darurat Adalah Penyelamat Saat Dunia Runtuh
Peserta Squid Game bukan orang jahat. Mereka hanya sedang putus asa. Dan banyak dari mereka terjebak karena satu hal: tidak punya dana cadangan saat masalah datang. Saat hidup menekan dari segala arah, mereka tidak punya pilihan selain mengambil risiko ekstrem.
Dalam dunia nyata, dana darurat adalah penyangga emosi dan logika. Ketika ada simpanan, kamu bisa berpikir lebih jernih saat krisis datang. Tanpa itu, keputusan bisa didorong oleh panik dan ketakutan.
Pelajaran:
Sisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat, sekecil apa pun. Saat hari buruk datang, kamu akan berterima kasih pada dirimu yang dulu sudah bersiap.
"Save money and money will save you." John Soforic
5. Uang Bisa Membeli Banyak Hal-Tapi Bukan Semua Hal
Gi-hun akhirnya menang. Ia punya miliaran won. Tapi di balik itu, ia kehilangan teman, hati nurani, bahkan makna hidup. Ia duduk sendiri di kereta, kaya-tapi kosong. Ini jadi tamparan bahwa uang, sebesar apa pun, tak akan bisa menambal luka yang lebih dalam.
Uang penting, iya. Tapi kalau kita lupa tujuan hidup, kehilangan empati, atau mengorbankan segalanya demi angka di rekening-maka uang itu tak akan berarti banyak.
Pelajaran:
Kejar uang dengan niat yang benar. Gunakan untuk hal-hal yang baik. Dan jangan lupa-bahagia bukan tentang seberapa banyak yang kamu punya, tapi seberapa damai kamu menjalaninya.
"Too many people spend money they haven't earned, to buy things they don't want, to impress people they don't like." -Will Rogers-
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)