Heboh Skandal Info Rahasia Militer AS Bocor, Menhan di Ujung Tanduk

1 week ago 13
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah skandal besar mengguncang pemerintahan Presiden Donald Trump setelah terungkap bahwa informasi sensitif mengenai serangan militer AS di Yaman bocor. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, kini berada di tengah pusaran kontroversi ini setelah sejumlah pejabat tinggi keamanan nasional berusaha mengalihkan tanggung jawab kepadanya.

Dalam sidang di Komite Intelijen Senat yang berlangsung tegang, Direktur CIA John Ratcliffe dan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard menghadapi pertanyaan tajam dari para senator Demokrat yang marah atas kebocoran tersebut. Keduanya dengan tegas membantah bahwa ada informasi rahasia dalam percakapan tersebut.

"Tidak ada informasi rahasia atau kepentingan intelijen yang dimasukkan dalam grup percakapan itu kapan pun," ujar Gabbard dalam kesaksiannya di bawah sumpah, sebagaimana dikutip dari CNN International, Rabu (26/3/2025).

Ratcliffe juga bersikeras dalam berbagai kesempatan selama sidang bahwa percakapan itu tidak mengandung informasi rahasia.

Namun, ketika ditanya apakah detail operasional yang dikirimkan Hegseth mengenai serangan terhadap militan yang didukung Iran dikategorikan sebagai informasi rahasia, Ratcliffe dan Gabbard sama-sama mengalihkan pertanyaan tersebut kepada Menteri Pertahanan.

"Dalam hal tuduhan bahwa ada paket serangan atau informasi target yang terkait dengan Departemen Pertahanan, saya tegaskan bahwa Menteri Pertahanan adalah otoritas klasifikasi utama untuk menentukan apakah sesuatu bersifat rahasia atau tidak," kata Ratcliffe.

"Dari yang saya pahami berdasarkan laporan media, Menteri Pertahanan menyatakan bahwa informasi tersebut tidak diklasifikasikan sebagai rahasia."

Ketika ditanya apakah informasi tersebut seharusnya diklasifikasikan, Gabbard menjawab, "Saya menyerahkan keputusan itu kepada Menteri Pertahanan dan Dewan Keamanan Nasional."

Sebagian besar percakapan dalam grup tersebut, yang dilaporkan oleh The Atlantic pada Senin, mencakup diskusi kebijakan luar negeri mengenai serangan AS pada Maret. Meskipun diskusi tersebut sensitif, banyak yang berpendapat bahwa informasi itu belum tentu rahasia.

Namun, pesan-pesan yang dikirimkan oleh Hegseth menjadi sorotan karena diduga berisi "detail operasional tentang serangan mendatang di Yaman, termasuk informasi mengenai target, senjata yang akan digunakan AS, dan urutan serangan."

Beberapa pejabat pertahanan, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun, menegaskan bahwa informasi mengenai waktu, target, atau sistem senjata yang akan digunakan dalam serangan militer selalu dikategorikan sebagai rahasia. Hal ini demi menjaga keselamatan anggota militer AS dan mencegah kebocoran rencana ke musuh.

Platform percakapan yang digunakan dalam grup tersebut adalah Signal, sebuah aplikasi pesan terenkripsi komersial yang tidak disetujui untuk pertukaran informasi rahasia.

Ketegangan di Sidang Senat

Dalam sidang pada Selasa, Ketua Komite Intelijen Senat, Senator Tom Cotton dari Partai Republik, mencoba menjelaskan bahwa ada perbedaan antara informasi militer yang diklasifikasikan di bawah otoritas Menteri Pertahanan dan informasi yang dikumpulkan serta dikontrol oleh komunitas intelijen sipil seperti CIA.

"Mereka telah bersaksi - koreksi jika saya salah - bahwa tidak ada informasi rahasia dari komunitas intelijen yang dibagikan dalam percakapan itu," kata Cotton.

Ratcliffe dan Gabbard serempak mengiyakan. "Saya dapat mengonfirmasi lagi bahwa, berdasarkan komunikasi yang saya terima, tidak ada informasi yang diklasifikasikan sebagai rahasia," tambah Ratcliffe.

Namun, pernyataan ini segera mendapat tentangan dari seorang senator Demokrat yang menyoroti bahwa baik Ratcliffe maupun Gabbard sebelumnya telah bersaksi bahwa tidak ada informasi rahasia sama sekali dalam grup tersebut.

Hegseth Membantah

Pada Senin malam, Hegseth dengan tegas membantah bahwa rencana perang dibahas dalam percakapan tersebut, meskipun pemerintahan Trump sebelumnya mengakui bahwa pesan-pesan itu asli.

"Tidak ada yang sedang membahas rencana perang melalui teks, dan itu saja yang bisa saya katakan," kata Hegseth kepada wartawan saat tiba di Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam di Hawaii.

Ia juga menyerang jurnalis The Atlantic, Jeffrey Goldberg, yang pertama kali melaporkan kebocoran tersebut, dengan menyebutnya sebagai "penipu dan sangat tidak dapat dipercaya."

Sementara itu, Trump dalam pernyataannya kepada wartawan pada Selasa mengatakan, "Setahu saya, tidak ada informasi rahasia yang dibagikan dalam percakapan Signal itu," tetapi ia enggan mengungkapkan siapa yang memberitahunya bahwa informasi itu tidak rahasia.

Kesaksian yang Bertentangan

Dalam awal persidangan, Gabbard menolak menjawab apakah dirinya merupakan salah satu peserta grup percakapan tersebut dengan alasan sedang berlangsungnya penyelidikan Dewan Keamanan Nasional. Namun, kemudian ia menjawab pertanyaan-pertanyaan langsung berdasarkan ingatannya tentang percakapan itu.

Baik Ratcliffe maupun Gabbard menyatakan bahwa mereka tidak mengingat adanya diskusi tentang perencanaan operasional, meskipun kemudian Gabbard mengakui adanya "diskusi umum tentang target."

Menurut laporan The Atlantic, dalam pesan yang kemudian dikonfirmasi keasliannya oleh Dewan Keamanan Nasional, Hegseth mengirimkan "informasi rinci mengenai paket senjata, target, dan waktu serangan."

Hegseth memang memiliki wewenang untuk menghapus klasifikasi atas informasi tertentu, tetapi Ratcliffe menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui apakah Hegseth telah melakukan hal tersebut.

Reaksi Kongres

Baik Ratcliffe maupun Gabbard tidak secara langsung mengkritik Hegseth atau menyatakan bahwa mereka menyalahkannya atas kontroversi yang kini mengguncang kabinet Presiden Trump. Namun, beberapa anggota Kongres dari Partai Republik secara terang-terangan menuding Hegseth sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.

"Menurut saya, orang yang paling bertanggung jawab, atau yang paling bersalah, adalah Menteri Pertahanan, karena dialah yang memasukkan semua informasi yang sangat rahasia itu," kata anggota DPR Don Bacon, yang merupakan anggota Komite Angkatan Bersenjata dan mantan Brigadir Jenderal Angkatan Udara, dalam wawancara dengan CNN.

Ratcliffe sendiri berusaha menjaga keseimbangan dalam pernyataannya dengan menekankan bahwa aplikasi Signal memang digunakan dalam sistem komputer pemerintah AS, termasuk oleh CIA. Namun, ia tidak membela atau mengambil tanggung jawab atas pesan-pesan yang dikirimkan oleh Hegseth.

Dalam satu momen, Ratcliffe mengakui bahwa, secara hipotetis, "diskusi tentang rencana serangan seharusnya dilakukan melalui saluran komunikasi yang diklasifikasikan."

Gabbard, di sisi lain, terus mengklaim bahwa ia tidak mengingat rincian percakapan dalam grup tersebut.

Namun, makin banyak anggota Kongres, baik dari Partai Demokrat maupun Republik, yang mendesak penyelidikan lebih lanjut terhadap keterlibatan Hegseth dalam kebocoran informasi ini.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AS Serang Houthi di Yaman, 53 Orang Tewas

Next Article Prabowo Bertemu Bos CIA di Washington, Bahas Apa?

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |