Fenomena di Jepang, Ramai Perusahaan Keluarga Tak Punya Ahli Waris

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis demografi di Jepang menimbulkan fenomena baru. Pasar ekuitas swasta (Private Equity/PE) di negeri itu mengalami lonjakan aktivitas yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ini dipicu masalah suksesi di perusahaan keluarga di Jepang. Banyak yang tak punya ahli waris, dan akhirnya menjual ke PE dan asing.

Mengutip CNBC International, Selasa (21/10/2025), para pemilik bisnis yang semakin menua melihat minat yang rendah dari ahli waris mereka untuk mengambil alih perusahaan keluarga. Situasi ini diperburuk oleh tingginya pajak warisan yang dapat mencapai hingga 55%.

Kombinasi faktor ini telah menghasilkan peningkatan signifikan dalam aktivitas ekuitas swasta. Lebih dari 65% dari kesepakatan buyout (pembelian atau pengambilalihan penuh terhadap saham, aset, hak kepemilikan, atau kontrak dalam rangka mengendalikan atau mengambil alih suatu perusahaan atau bisnis), kini berasal dari kasus suksesi.

Lonjakan ini menandakan adanya pergeseran budaya yang mendasar di Jepang mengenai penjualan bisnis. Jika sebelumnya pemilik sangat enggan menjual perusahaan ke pihak luar, kini semakin banyak pemilik yang mempertimbangkan ekuitas swasta sebagai opsi yang layak.

Bahkan pemilik juga tak segak menjualnya ke investor asing. Keberhasilan turnaround (perbaikan dan restrukturisasi) yang dilakukan oleh firma global di masa lalu juga telah meredakan "kekhawatiran" untuk menjual ke private equity.

"Selain faktor internal budaya dan demografi, kondisi regulasi dan ekonomi makro juga menjadi bahan bakar pertumbuhan PE," kata analis investasi Emily J. Thompson.

"Reformasi yang dilakukan pemerintah Jepang dan kondisi ekonomi makro, seperti Yen yang lemah serta suku bunga yang rendah, semakin mendorong pertumbuhan ekuitas swasta," tambahnya.

Namun, di tengah booming ini, para ahli memperingatkan adanya kekhawatiran pasar yang berpotensi overheating atau terlalu panas. Masuknya modal yang meningkat tajam, terutama dari luar negeri, dapat menyebabkan valuasi yang terlalu tinggi (inflated valuations).

"Meskipun terjadi pertumbuhan luar biasa, investasi ekuitas swasta hingga saat ini masih merupakan fraksi kecil dari Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Eropa," tambah Emily.


(sef/sef)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |