Jakarta -
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok mencatat totalnya ada 160 peristiwa kebakaran di wilayahnya dari Januari hingga September 2025. Sebanyak 55 kebakaran diakibatkan korsleting listrik.
"Berdasarkan data rekapitulasi hingga 30 September 2025, tercatat 55 kasus kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik, disusul oleh kompor gas sebanyak 20 kasus, serta penyebab lain-lain sebanyak 85 kasus," kata Kepala Dinas Damkar dan Penyelamatan Kota Depok, Adnan Mahyudin, dilihat dari situs Pemerintah Kota Depok, Jumat (10/10/2025).
Adnan menjelaskan kebakaran di Depok yang disebabkan oleh korsleting listrik terjadi hampir setiap bulan. Terutama pada Maret, April, dan Juli dengan masing-masing tujuh hingga sepuluh kejadian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian besar kebakaran di Depok masih disebabkan oleh korsleting listrik, ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap keamanan instalasi listrik masih perlu ditingkatkan," ucapnya.
Menurut Adnan, bulan April menjadi periode dengan jumlah kebakaran tertinggi secara keseluruhan. Tercatat ada 16 kebakaran akibat faktor lain-lain, enam akibat korsleting listrik, dan dua karena kompor gas.
Dia menyebut kenaikan kasus kebakaran ini bisa dipicu oleh kondisi cuaca yang panas serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang bulan Ramadan.
"Saat suhu udara meningkat, risiko kebakaran juga lebih tinggi. Selain itu, menjelang Ramadan banyak aktivitas memasak dan penggunaan alat elektronik meningkat," ujar Adnan.
"Selain korsleting listrik, kompor gas juga menjadi salah satu penyebab kebakaran yang cukup sering terjadi di lingkungan rumah tangga. Kasus tertinggi terjadi pada Mei dan Juni, masing-masing sebanyak lima dan tiga kejadian," tambahnya.
Karena itu, Adnan mengingatkan warga Depok agar selalu memeriksa selang dan regulator gas serta memastikan tidak ada kebocoran saat menyalakan kompor gas.
"Kebanyakan kasus terjadi karena selang tidak terpasang sempurna atau karet pengaman sudah getas. Ini hal kecil, tapi dampaknya bisa besar," katanya.
Lebih lanjut, Adnan menegaskan pentingnya edukasi dan pelatihan pencegahan kebakaran di tingkat lingkungan. Pihaknya secara rutin mengadakan sosialisasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
"Pencegahan adalah kunci utama. Kami ingin masyarakat bisa menjadi 'pemadam pertama' sebelum petugas datang," tegasnya.
Sebagai upaya jangka panjang, Damkar Depok juga terus memperkuat respons cepat dengan memperluas jaringan pos pemadam di setiap kecamatan agar waktu tanggap kebakaran tetap di bawah 15 menit, sesuai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2025.
"Kami berharap masyarakat terus bekerja sama dengan Damkar. Semakin cepat laporan kebakaran diterima, semakin besar peluang untuk meminimalkan kerugian," pungkasnya.
(fas/fas)