Belajar dari India, Ini Cara 'Tuan Takur' Lepas dari Elektronik China

20 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - India terus berupaya mengurangi ketergantungannya terhadap impor komponen elektronik, terutama dari China. Pemerintah setempat baru saja menyetujui tujuh proyek manufaktur baru senilai US$626 juta (Rp10,5 triliun) dalam upaya memperkuat industri dalam negeri dan mewujudkan kemandirian ekonomi.

Langkah ini merupakan bagian dari Skema Manufaktur Komponen Elektronik (ECMS) dengan total program sebesar Rp45,7 triliun (US$2,7 miliar). Proyek-proyek tersebut difokuskan pada produksi lokal komponen penting seperti modul kamera, papan sirkuit cetak (PCB) multi lapis, dan komponen berteknologi tinggi untuk ponsel pintar, perangkat medis, hingga industri kedirgantaraan.

"Sekitar 20% kebutuhan PCB domestik dan 15% sub-rakitan modul kamera akan dipenuhi dari tujuh pabrik ini. Sekitar 60% produksinya akan diekspor," ujar Menteri Elektronika dan TI India Ashwini Vaishnaw, dalam pernyataan resmi pemerintah, dikutip CNBC International, Kamis (30/10/2025).

Selama tahun fiskal yang berakhir Maret 2025, ekspor barang elektronik India mencapai US$38,56 miliar (sekitar Rp658 triliun), melonjak delapan kali lipat dalam satu dekade terakhir. Namun, nilai ini hampir setara dengan impor komponen elektronik senilai US$36,8 miliar (Rp628 triliun), dengan hampir 40% berasal dari China dan lebih dari 16% dari Hong Kong.

Kementerian Elektronika dan TI mengungkapkan, 249 perusahaan lokal dan global telah mengajukan proposal investasi senilai Rp1960 triliun (US$14 miliar). Semua berada di bawah ECMS.

Sementara itu, menurut  mitra dan pemimpin Inbound Investment Group di EY India, Kunal Chaudhary, kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah menyadari pentingnya membangun industri hulu. Pasar komponen elektronik India sendiri diperkirakan akan mencapai US$150 miliar (Rp2.562 triliun) pada 2030 sementara pasar elektronik secara keseluruhan bisa menembus US$500 miliar (Rp8.540 triliun).

"Ekosistem perakitan semata tidak dapat bertahan tanpa basis manufaktur komponen domestik yang kuat. ECMS akan memperkuat rantai pasok lokal dan meningkatkan daya saing global India," ujarnya.

Langkah India ini juga didorong oleh dinamika global. Saat Amerika Serikat (AS) dan China memperketat kontrol ekspor terhadap teknologi penting, India justru melihat peluang untuk menarik investasi dan mengukuhkan posisinya sebagai alternatif rantai pasok global.

Beberapa perusahaan besar telah memanfaatkan momentum ini. Apple, misalnya, meningkatkan ekspor dari India sebesar 42% menjadi US$12,8 miliar (Rp218 triliun) pada 2024, seiring pergeseran sebagian besar produksinya dari China.

Pada kuartal yang berakhir September 2025, India bahkan menyalip China sebagai eksportir ponsel pintar terbesar ke AS. Ada lonjakan produksi mencapai 240%.

"Skema ini akan mempercepat kemunculan India sebagai pusat global untuk elektronik dan semikonduktor canggih, sekaligus mengurangi ketergantungan impor," kata Presiden Asosiasi Elektronik dan Semikonduktor India, Ashok Chandak.

Dengan populasi besar dan pasar domestik yang terus tumbuh, India kini berada di posisi strategis untuk menantang dominasi China dalam industri elektronik global yang nilainya mencapai US$1,8 triliun (Rp30.700 triliun). Di mana 60% masih dikuasai Negeri Tirai Bambu.


(tfa/șef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Ekspor Batu Bara RI ke China-India Menyusut, Ini Penyebabnya

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |