Beda Nasib IPO London Vs Hongkong : Bak Mobil Mogok vs Jet Balap

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar IPO di London dan Hongkong pada tahun ini mengalami kondisi yang sangat kontras, bak mobil mogok dibandingkan jet balap yang melaju kencang.

Bursa London Kian Lesu, Dana IPO Cetak Rekor Terendah

Kita mulai dari London. Sepanjang paruh pertama tahun ini, pasar IPO di kota tersebut hanya mampu menghimpun £160 juta setara Rp3,54 triliun (kurs Rp22.108/£),

Menurut data terbaru dari Dealogic, ini adalah angka terendah yang pernah tercatat sejak mereka mulai mengumpulkan data pada 1995. Jumlah perusahaan yang go public pun cuma lima sampai setengah tahun ini.

Bahkan, saat krisis keuangan global melanda pada 2008, London masih bisa mencatatkan dua IPO yang menghimpun £222 juta pada paruh pertama 2009, lebih tinggi dari tahun ini.

Bandingkan dengan masa jayanya di 2021, ketika dana IPO di London mencapai £6,5 miliar (sekitar Rp143 triliun dengan kurs saat ini). Penurunannya bukan cuma signifikan, tapi bisa dibilang dramatis.

Pendanaan IPO di bursa saham LondongFoto: cnbc
Pendanaan IPO di bursa saham Londong

Apa yang salah? Banyak investor mulai kehilangan minat terhadap saham perdana di London. Dana lebih banyak mengalir ke instrumen pasif seperti ETF, yang memang cenderung menghindari IPO.

Selain itu, valuasi saham di London kalah bersaing dibandingkan dengan pasar Amerika. Alhasil, perusahaan-perusahaan besar memilih memindahkan pandangannya ke seberang Atlantik. Salah satunya adalah AstraZeneca, yang bahkan dikabarkan mempertimbangkan pindah listing ke New York.

London yang dulu dikenal sebagai pusat IPO Eropa, kini kehilangan tenaga dan pesonanya. Lantas, apa yang salah?

Investor mulai kehilangan minat pada pasar IPO London. Banyak dari mereka mengalihkan dana ke instrumen pasif seperti ETF, yang memang jarang menyentuh saham-saham IPO. Di sisi lain, valuasi saham di London juga dianggap kurang menarik dibanding pasar Amerika Serikat (AS).

Alhasil, perusahaan-perusahaan besar pun ikut berpaling. Salah satu contohnya, AstraZeneca, bahkan dikabarkan mempertimbangkan untuk memindahkan listing utamanya ke New York. London yang dulunya jadi simbol kuatnya pasar modal Eropa, kini kehilangan tenaga.

IPO Hongkong Melaju Kencang

Sementara itu, di sisi lain lintasan, Hong Kong menunjukkan performa yang benar-benar berbeda, bahkan bisa dibilang spektakuler.

Dalam enam bulan pertama 2025, total dana yang terkumpul dari IPO dan secondary listing di sana mencapai antara US$13-14 miliar, atau sekitar Rp226,68 triliun. Jumlah ini naik delapan kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari sisi volume, tercatat ada lebih dari 200 aplikasi IPO, rekor tertinggi sejak 2021.

Hong Kong bahkan berhasil mengalahkan Nasdaq dan NYSE untuk urusan penggalangan dana IPO non-SPAC. Ini bukan semata soal uang, tapi juga soal kepercayaan dan arah kebijakan.

Pada paruh pertama tahun ini, terdapat 43 pencatatan baru di Hong Kong, dengan hasil melebihi $13,6 miliar, melampaui total yang terkumpul pada tahun 2024. Sebagai perbandingan, hanya ada 73 pencatatan pada tahun 2023, yang menghasilkan $5,9 miliar. 

Pemerintah Tiongkok memang secara aktif mendorong perusahaan domestik untuk melantai di bursa Hong Kong, dengan insentif dan regulasi yang lebih bersahabat.

Di sisi lain, arus modal dari investor daratan yang masuk lewat program Stock Connect terus mengalir deras. Nama-nama besar seperti CATL, Xiaomi, dan Shein ikut memanaskan mesin pasar.

PwC memproyeksikan pada tahun ini Hong Kong akan mencatat hingga 100 IPO, dengan total penggalangan dana melebihi $25,5 miliar

Di tengah kompetisi pasar modal global yang makin cepat dan dinamis, kecepatan beradaptasi jadi penentu. Nama besar saja nggak cukup. Dan tahun ini, Hong Kong membuktikan diri sebagai jet balap yang siap mendominasi lintasan, sementara London, untuk sementara, masih berusaha keras supaya bisa keluar dari jalur darurat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |