Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga komoditas emas yang masuk ke dalam kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi salah satu penyumbang tekanan inflasi pada Oktober 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tekanan inflasi Oktober 2025 sebesar 0,28% secara bulanan atau month to month (mtm) lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,21% mtm. Sedangkan, secara tahunan 2,86%, lebih tinggi dari catatan September 2025 sebesar 2,65% yoy.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui, tingginya harga emas pada bulan lalu itu membuat tekanan inflasi di masyarakat terkerek naik. Namun, ia mengungkapkan sisi positif dari efek tekanan inflasi itu.
"Inflasi baru-baru ini naik ke 2,86%, dan salah satunya dipicu oleh kenaikan harga emas," kata Airlangga dalam forum diskusi di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Airlangga menjelaskan, naiknya harga emas hingga membuat tekanan inflasi ini sebetulnya lebih dipicu oleh efek keberadaan bullion bank di Indonesia. Kehadiran Bank Emas melalui PT Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia sejak Februari 2025 itu membuat masyarakat makin melek investasi emas.
Di sisi lain, tingginya harga emas itu kata Purbaya juga disebabkan oleh terganggunya lini produksi salah satu BUMN produsen emas, yakni PT Freeport Indonesia. Operasional tambang berhenti sejak adanya insiden longsoran material basah di tambang bawah tanah GBC pada 8 September 2025 lalu.
"Sejak diluncurkannya bullion bank, awareness ataupun pemahaman masyarakat terhadap investasi emas ini meningkat, dan harga ini kemarin meningkat karena ada produksi emas di Freeport yang terganggu," paparnya.
Sebagaimana diketahui, Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini sebelumnya telah mengatakan penyumbang tekanan inflasi bulanan terbesar dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencapai 3,05%, berasal dari tingginya kenaikan harga komoditas emas perhiasan yang andilnya ke inflasi 0,21%.
Sementara itu, untuk inflasi kedua terbesar dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,08%, disumbang oleh komoditas cabai merah dengan andil 0,06%, telur ayam ras dengan andil inflasi 0,04%, dan daging ayam ras yang andilnya 0,02% ke inflasi.
"Selain itu terdapat komoditas yang masih beri andil deflasi pada Oktober 2025 ini di antaranya adalah bawang merah dan cabai rawit, dengan andil deflasi masing-masing 0,03%, tomat 0,02%, dan beberapa komoditas lain seperti beras, kacang panjang, dan cabai hijau dengan andil masing-masing 0,01%," ucap Pudji.
(arj/haa)
                    
                                                
    [Gambas:Video CNBC]
Next Article Agustus Deflasi 0,08%: Harga Rawit Turun, Bawang Merah & Beras Naik


















































