Rupiah Babak Belur Lawan Dolar Singapura, Kalah Jauh Dibanding Ringgit

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap berbagai mata uang di dunia cenderung mengalami pelemahan sejak beberapa tahun terakhir. Terhadap dolar Singapura (Dolar Singapura), rupiah sangat tidak berarti dengan penurunan nyaris 20%.

Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah cenderung mengalami pelemahan sejak akhir 2021 hingga 16 Mei 2025.

Depresiasi ini mengindikasikan bahwa rupiah semakin tidak berharga dihadapan berbagai mata uang di dunia.

CNBC Indonesia Research membandingkan rupiah dengan mata uang ringit Malaysia (MYR), dolar Singapura (Dolar Singapura), dolar Australia (AUD), pounsterling Inggris (GBP), dan dolar Amerika Serikat (USD).

Dari kelima mata uang tersebut, rupiah sangat terpuruk dihadapan dolar Singapura yang terpantau ambles 19,7% pada periode 31 Desember 2021 hingga 16 Mei 2025.

Begitu pula di hadapan USD, GBP, MYR, dan AUD, rupiah tercatat melemah masing-masing sebesar 15,33%, 13,14%, 11,44%, dan 1,67%.

Dolar Singapura (Dolar Singapura) merupakan salah satu mata uang yang paling stabil dan kuat di Asia, didukung oleh sejumlah faktor utama.
Stabilitas ekonomi Singapura yang sangat baik, dengan surplus transaksi berjalan yang besar serta cadangan devisa yang melimpah, memberikan fondasi yang kokoh bagi nilai tukarnya.

Selain itu, kebijakan moneter yang diterapkan oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS) berbeda dari kebanyakan negara lain, karena lebih berfokus pada pengelolaan nilai tukar dibandingkan pengaturan suku bunga sebagai instrumen utama dalam menjaga inflasi dan stabilitas ekonomi.

Dolar Singapura juga dikenal sebagai mata uang safe haven, menarik banyak investor global yang mencari tempat aman untuk menyimpan aset mereka di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya diversifikasi dari dolar AS telah mendorong peningkatan permintaan terhadap Dolar Singapura, menjadikannya alternatif yang lebih stabil dibandingkan mata uang lainnya. Di samping itu, inflasi yang tetap terkendali memastikan daya beli masyarakat tetap tinggi, sehingga Dolar Singapura tidak mudah terdepresiasi.

Secara keseluruhan, kombinasi antara fundamental ekonomi yang kuat, kebijakan moneter yang efektif, serta kepercayaan investor internasional menjadikan dolar Singapura sebagai mata uang yang tangguh di pasar keuangan global, alhasil rupiah cenderung tertekan jika dihadapkan dengan dolar Singapura.

Tidak hanya terhadap Dolar Singapura, rupiah juga tak berdaya melawan USD.

Salah satu faktor utama adalah kebijakan moneter AS, terutama keputusan bank sentral AS (The Fed) terkait suku bunga. Jika The Fed menaikkan suku bunga, investor cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang seperti Indonesia dan mengalihkannya ke aset berbasis dolar AS yang lebih menguntungkan.

Sebagai informasi, suku bunga The Fed cenderung berada di level yang cukup tinggi dalam tiga tahun terakhir.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global juga berperan besar. Ketika terjadi gejolak ekonomi atau geopolitik, investor lebih memilih aset yang dianggap aman, seperti dolar AS, sehingga permintaan terhadap dolar meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah defisit transaksi berjalan Indonesia. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka permintaan terhadap dolar AS meningkat karena Indonesia membutuhkan lebih banyak dolar untuk membayar barang dan jasa dari luar negeri.

Di sisi lain, penurunan peringkat kredit AS oleh Moody's baru-baru ini berpotensi memberikan sedikit ruang bagi rupiah untuk menguat, karena pelemahan dolar AS bisa mengurangi tekanan terhadap mata uang negara berkembang. Namun, secara umum, rupiah tetap rentan terhadap pergerakan dolar AS karena ketergantungan Indonesia pada perdagangan internasional dan investasi asing.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |