Negara-negara Asia Bakal Timbun Emas: Harga Bisa Terbang ke US$ 3.300

6 days ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas nyaris tidak bergerak dan masih berada di area konsolidasi. Akan tetapi harga emas diperkirakan akan melaju lebih tinggi usai Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga emas.

Pada perdagangan kemarin, Rabu (26/3/2025), harga emas dunia di pasar spot melemah 0,02% di level US$3.019,28 per troy ons

Pada perdagangan hari ini Kamis (27/3/2025) hingga pukul 06.30 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,04% di posisi US$3.020,59 per troy ons.

Pada hari Rabu kemarin, Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga emas akhir 2025 menjadi US$3.300 per troy ons dari US$3.100 per troy ons, dengan alasan arus masuk ETF yang lebih kuat dari yang diharapkan dan permintaan bank sentral yang berkelanjutan.

Goldman Sachs juga menaikkan kisaran perkiraannya menjadi US$3.250-US$3.520 per troy ons dari US$3.100-US$3.300 per troy ons sebelumnya, menurut catatan penelitiannya.

Bank investasi tersebut memperkirakan bank sentral besar Asia akan melanjutkan pembelian emas agresif mereka selama tiga hingga enam tahun ke depan, dengan tujuan mencapai target cadangan emas yang diproyeksikan.

Goldman Sachs menaikkan asumsi permintaan emas dari bank sentral menjadi 70 ton per bulan dari 50 ton sebelumnya di tengah meningkatnya ketidakpastian kebijakan AS dan ekspektasi bahwa China dapat terus melakukan pembelian dengan kecepatan tinggi selama tiga hingga enam tahun ke depan.

"Di sisi ETF emas, ekonom AS kami terus memperkirakan dua pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25bp (basis poin) pada tahun 2025 dan satu pemangkasan tambahan pada semester pertama tahun 2026, yang mendukung dasar kami untuk arus masuk ETF," ujar Goldman Sachs, kepada CNBC International.

Goldman Sachs melihat dua risiko kenaikan potensial untuk ETF yakni siklus pemangkasan The Fed yang disebabkan oleh resesi yang menaikkan harga emas akhir 2025 menjadi US$3.410 per troy ons, dan peningkatan permintaan investor terhadap emas sebagai nilai lindung. Kenaikan ini mendorong kepemilikan ETF kembali ke level pandemi, mendukung harga menuju US$3.680 per troy ons pada akhir tahun 2025.

Bank tersebut menegaskan kembali rekomendasi perdagangan emas jangka panjang, tetapi menyadari dua peristiwa potensial yang mungkin menawarkan titik masuk yang lebih menarik.

Peristiwa pertama adalah potensi perjanjian damai Rusia-Ukraina, yang mungkin memicu penjualan spekulatif sementara. Namun, hal itu tidak mungkin berdampak lama pada permintaan atau pasokan emas global, menurut bank tersebut.

Peristiwa lain adalah aksi jual ekuitas tajam yang memicu likuidasi emas yang didorong oleh margin. Namun, hal ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama karena posisi spekulatif pulih di tengah ketidakpastian, dengan permintaan struktural dari bank sentral dan ETF tetap utuh.

Kebijakan tarif Presiden Amarika Serikat Donald Trump juga akan menopang emas ke depan mengingat emas menjadi instrumen paling aman saat terjadi ketidakpastian ekonomi.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |